OKTANA.ID, SURABAYA- Viral beredar diberbagai media massa dan media sosial terkait adanya pusaran Api di Gunung Bromo yang ramai disebut sebagai tornado api yang muncul di lokasi kebakaran savana Gunung Bromo, Jatim. Menanggapi beredarnya informasi ini BMKG Juanda lewat akun media sosialnya memberikan penjelasan terkait fenomena tersebut.
Dalam akun resmi instagram BMKG Juanda diterangkan bahwa munculnya tornado api di Blok Savana Bukit Teletubbies Gunung Bromo, disebut sebagai fenomena dust devil.
Fenomena dust devil adalah pusaran kecil namun kuat. Hal ini jelas BMKG terjadi saat udara kering yang panas dan tidak stabil di permukaan tanah, naik dengan cepat melalui udara yang lebih dingin di atasnya.
Udara kering itu kemudian membentuk aliran berupa pusaran yang membawa debu, serpihan, atau puing-puing di sekitarnya, termasuk api.
“Namun objeknya dominan api, hal tersebut terjadi karena adanya pemanasan udara oleh api,” tulis BMKG Juanda.
Adapun faktor penyebab munculnya dust devil akibat panasnya matahari yang memancar ke permukaan tanah dalam rentang waktu yang lama.
Kemudian jumlah tutupan awan yang sangat sedikit, banyaknya debu dan pasir di permukaan tanah. Serta, kelembapan rendah dan keringnya tanah.
“Fenomena ini umum terjadi di tanah lapang yang minim hambatan, karena udara yang panas akan menyebabkan timbulnya pusat tekanan rendah yang menyebabkan terbentuknya pusaran udara dari udara di sekelilingnya yang lebih dingin,” terang BMKG.
Dijelaskan juga mengenai perbedaan antara dust devil dengan puting beliung. Puting beliung berasal dari awan cumulonimbus. Kecepatan angin dapat mencapai lebih dari 60 km/jam. Dampak yang disebabkan cukup destruktif atau menghancurkan.
“Bukan dari awan cumulonimbus, namun dari pemanasan lokal, kecepatan angin tidak terlalu tinggi. Dampak yang disebabkan tidak destruktif atau tidak menghancurkan.
“Dan waktu munculnya hanya beberapa detik atau menit, “tutup BMKG.
Editor: Beatrix