OKTANA.ID, SURABAYA- Data Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Surabaya mencatat sejak bulan Januari hingga 13 Agustus 2023 telah terjadi 244 peristiwa kebakaran kategori non-bangunan atau di lahan terbuka. Dengan rincian, kebakaran alang-alang 106 kali, sampah 65 kali dan lain-lain 73 kali.
Kepala DPKP Kota Surabaya, Dedik Irianto mengatakan bahwa pihaknya telah menginstruksikan jajarannya untuk melakukan patroli di lahan-lahan terbuka. Terutama, patroli di lahan yang diindikasi sering terjadinya kebakaran.
“Teman-teman yang di pos, mereka melakukan patroli di lahan-lahan terbuka yang sering terjadi kebakaran. Siaganya tetap setiap sekian jam, mereka keliling memantau lahan-lahan kosong yang biasa sering terbakar,” kata Dedik Irianto, Senin (21/8/2023).
Selain mencegah terjadi kebakaran di lahan terbuka, DPKP Surabaya lanjut Dedik juga mengingatkan masyarakat agar memperhatikan saat memasak. Sebab, berdasarkan catatannya, beberapa kali telah terjadi kebakaran di Surabaya karena disebabkan memasak.
“Ada beberapa kejadian kemarin sempat masak dan kelupaan sehingga terjadi kebakaran, kalau masak ditunggu dan sebagainya. Angin juga kencang takutnya bisa merambat apinya ke tetangga,” ungkap dia.
“Kemudian kalau ada barang elektronik itu dimatikan kabelnya, dicabut jangan cuma ditekan tombolnya saja, kalau sudah tidak digunakan,” sambungnya.
Dedik menyatakan, bahwa pihaknya juga getol melakukan sosialisasi dan pelatihan pencegahan kebakaran di wilayah perkampungan. Dalam giat itu, warga diberikan pengetahuan tentang penyebab terjadinya kebakaran dan cara pencegahannya.
“Materi sosialisasi itu kami kenalkan kebakaran itu karena apa. Kebakaran itu bencana tetapi bisa diantisipasi dengan upaya pencegahan,” paparnya.
Di samping itu, dalam giat sosialisasi, pihaknya juga mengenalkan fase pertumbuhan api kepada masyarakat. Dimana krusial api berada di empat menit pertama sejak fase awal muncul. Warga pun juga diimbau agar tidak panik ketika terjadi kebakaran.
“Lakukan penanganan awal dan menghubungi Command Center 112. Respon time kami tujuh menit, padahal krusialnya fase api di empat menit. Kalau warga melakukan pemadaman awal dengan alat tradisional, seperti anduk basah dan sebagainya, kami akan latih,” pungkasnya.
Editor: Beatrix