OKTANA.ID– Deru tangis Sekartaji tak terhenti. Melihat Panji kalap. Sang tercinta kesetanan memakai topengnya. Panji mencintai perempuan lain. Endang Lukitosari, namanya. Sekartaji kecewa, lantaran Panji telah mendua dengan perempuan ayu yang ingin naik tahta.
Asmarabangun, nama Panji yang keturunan Raja Panjalu itu sebenarnya telah direstui oleh Sekartaji untuk menikahi Endang Lukitosari. Tapi, hati Panji tersandera. Keinginan Endang Lukitosari merebut tusuk konde milik Sekartaji.
Dengan tega, Panji memaksa sang istri. Amarah Panji memuncak. Sekartaji tak mau memberikan tusuk kondenya. Panji dan Sekartaji beradu mulut. Dengan penuh paksaan, Panji mencabut tusuk konde dari rambut sang istri. Dan diberikan kepada Endang Lukitosari. Karena, tusuk konde adalah simbol istri sah dari seorang raja. Tusuk konde menjadi penanda kepemilikan bagian dari sebuah rumah atau kerajaan.
Pertunjukan berjudul “Sekartaji Tundung: Cinta, Lara, dan Setia” sukses menarik perhatian masyarakat Kabupaten Kediri. Drama tari yang digelar oleh Komunitas Bangsal Je di Pendapa Pare, Sabtu (15/10/2023) malam sangat mengoyak emosi.
Karena kisah cinta Panji dan Sekartaji mengoyak dan menyayat hati penonton. Dengan lampu temaram di Pendapa Pare, Bangsal Je mengemas cerita Panji ini menjadi sajian yang elegan tapi dapat dinikmati masyarakat umum.
“Kami memang ingin menceritakan kembali tentang Panji. Dengan kemasan yang bisa dinikmati generasi muda,” ungkap Ahmad Ihwan Susilo.
Meskipun, pemain drama tari ini mempunyai latar belakang ketoprak. Iwan Kapit mengajak kolaborasi dengan beberapa sanggar dan pegiat kesenian untuk mengemas cerita Panji lebih menarik. Salah satu kekhasan cerita Panji dari kisah cinta seorang pemuda yang identik dengan berbagai penjelmaan.
“Memang ini, kisah cinta, amarah, lara, dan setia antara Panji, Sekartaji, dan Endang Lukitosari,” imbuh Iwan Kapit, sapaannya.
Ia bersyukur kegiatan ini merupakan didukung oleh Badan Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah XI Jawa Timur, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek). Sehingga, acara tersebut dapat disajikan untuk masyarakat.
Editor: Setyo