OKTANA.ID, Surabaya– Kota Surabaya menjadi kota dengan prevalensi angka stunting terendah di Indonesia. Hal ini didapatkan dari data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Nanik Sukristina, menerangkan bahwa dari persentase prevalensi stunting tahun 2022, Indonesia ada di angka 21,6 persen, sedangkan di Jatim 19,2 persen. Sedangkan, Kota Surabaya hanya 4,8 persen.
“Persentase Surabaya prevalensinya menjadi yang paling rendah di antara kota/kabupaten di seluruh Indonesia, yakni 4,8 persen,” kata Nanik saat siaran pers di Diskominfo Surabaya, Kamis (26/1/2023).
Ia menerangkan angka stunting di Surabaya dapat ditekan secara signifikan dalam 2 tahun. Nanik menyebut bahwa pada tahun 2020, di Kota Surabaya tercatat ada 12.788 balita stunting. Pada 2021 lalu, prevalensi mencapai 28,9 persen atau 6.722 balita stunting. Sedangkan pada akhir 2022 menurun drastis menjadi 923 balita stunting atau 4,8 persen. Nanik mengatakan menurunnya prevalensi angka stunting itu, tidak lepas dari kerja keras di antara perangkat daerah Pemkot Surabaya.
“Bukan hanya kerja keras PD, kecamatan dan kelurahan saja, tetapi juga melibatkan semua unsur mulai akademisi, perguruan tinggi hingga Kader Surabaya Hebat (KSH) dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),” imbuh Nanik.
Selain itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A-PPKB) Kota Surabaya, Tomi Ardiyanto menyampaikan bahwa pihaknya tak boleh puas begitu saja. Karena ia ingin fokus perbaikan target tahun 2023. Menurutnya, tidak cuma menargetkan Surabaya zero (nol kasus) stunting, namun Pemkot Surabaya juga berusaha keras terjadinya zero new (nol kasus baru) stunting.
“Kami melakukan penanganan stunting itu dari hulu hingga ke hilir. Melalui Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kota Surabaya, kami membentuk beberapa kelompok. Seperti salah satunya adalah Tim Pendamping Keluarga (TPK), mendampingi pasangan calon pengantin hingga ke proses memiliki momongan,” kata Tomi.
Hal sama juga dikatakan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian, dan Pengembangan (Bappeda Litbang) Kota Surabaya Febrina Kusumawati. Dia menyatakan, pemkot sebelumnya menargetkan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), kasus stunting di Surabaya turun di angka 7 persen.
“Sesuai target nasional, penurunan stunting di tahun 2024 itu 14 persen. Sekarang, di Surabaya sudah berada di angka 4,8 persen. Artinya, kami telah melampaui target yang ada di RPJMD dan nasional,” kata dia. (Fai/Dwo)