OKTANA.ID, KEDIRI– Ketua umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir menegaskan, kontestasi Pemilihan Umum (Pemilu) bukan sekedar wahana untuk berkontestasi merebut hati rakyat untuk menduduki jabatan pemerintahan. Menurut dia, ada empat hal yang harus diperhatikan sebagai pemimpin bangsa yang membawa mandat rakyat.
“Pertama, bagaimana mewujudkan misi, visi, dan cita-cita nasional, yang telah diletakkan fondasinya secara kokoh oleh para pendidi Indonesia dalam pembukaan dan batang tubuh UUD 1945, serta nilai dasar Pancasila sebagai fondasi konstitusi di dalam membawa Indonesia kedepan. Sehingga siapa pun Capres-Cawapres yang memperoleh mandat rakyat bukan dalam perspektif misi, visi, dan cita-citanya sendiri,” ungkapnya.
Hal itu disampaikannya ketika memberikan sambutan dalam Dialog Terbuka Muhammadiyah Bersama Calon Pemimpin Bangsa, yang digelar di Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Jumat (24/11/2023) dengan dihadiri oleh Capres nomor urut 2 yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM) Prabowo Subianto.
“Kedua, kami berharap bahwa para Capres-Cawapres selain menjalankan visi, misi, dan cita-cita konstitusi, juga dalam memimpin Indonesia kedepan benar-benar menjadi negarawan sejati,” lanjut Prof Haedar.
Ketiga, kata Prof Haedar, diharapkan agar kontestasi Pemilu 2024 betul-betul dijaga oleh semua pihak. “Termasuk oleh yang terhormat Capres dan Cawapres agar berjalan luberjurdil, bermartabat, beretika, menjunjung tinggi kebenaran, kebaikan, kepatutan, sekaligus juga kontestasi demokrasi yang tegak lurus di atas konstitusi dan segala peraturan yang berlaku, tidak ada penyimpangan, serta dapat menjadi wahana mempersatukan bangsa,” imbuhnya.
Menurut Guru Besar Sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu, Pemilu dan kontestasi politik yang berbeda antar personal maupun antar kelompok, tidak boleh menjadi tempat untuk meretakkan keutuhan bangsa. “Dan kontestasi Pemilu, seberapa pun perbedaan politik dan pilihan politik, tidak menjadi tempat pertempuran politik, yang hidup-mati, yang mengoyak persatuan bangsa. Sungguh rugi jika karena Pemilu, kita pecah sebagai bangsa,” tandas Prof Haedar.
Terakhir keempat, lanjut Prof Haedar, pihaknya berharap kepada seluruh pasangan Capres-Cawapres, agar Muhammadiyah sebagai organisasi kemasyarakatan, yang non-politik praktis dan mengedepankan politik kebangsaan, serta ikut perjuangan kebangsaan, bahkan melalui para tokoh terdahulunya ikut mendirikan republik ini, berharap betul bagaimana lima tahun ke depan Indonesia semakin mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.
“(Kami) berharap betul bagaimana lima tahun kedepan Indonesia semakin mampu menyelesaikan masalahnya sendiri, dan persoalan-persoalan berat bangsa dapat diurai satu persatu,” jelas Prof Haedar.