OKTANA.ID, MALANG– Hajat pendidikan harus dipastikan berjalan maksimal ke seluruh lapisan masyarakat. Kendati diharapkan lancar, proses pendidikan tentu tak jarang menemukan kendala di lapangan baik dari institusi penyelenggara pendidikan maupun di tengah masyarakat. Begitulah yang dirasakan Grienny Nuradi Atmidha, edupreneur asal Malang ini.
Ia mendapatkan banyak keluhan dari emak-emak di Desa Mangunrejo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang. Kurangnya motivasi belajar anak menjadi masalah utama yang menjadi masalah utama untuk keluarga di Desa Mangunrejo.
Pria yang akrab disapa Sam Greny ini menyebut masalah yang sedang dihadapi keluarga di desa tersebut sangat serius. Lantaran, menurutnya pendidikan merupakan investasi jangka panjang untuk memperbaiki masyarakat.
“Masalahnya orang tua mengeluh soal semangat belajar anak yang menurun,” ungkap calon legislatif Partai Demokrat ini.
Mengapa demikian? Mendapatkan pertanyaan ini, Sam Greni menerangkan bahwa permasalahan yang dirasakan ibu-ibu dirasakan berawal dari peniadaan ujian nasional (UN) dan sistem zonasi. Sehingga, anak-anak di Desa Mangunrejo kurang kompetitif dalam meraih prestasi.
Tak hanya itu, kebutuhan akan belajar, kata Sam Greny, harus lahir dari motivasi intrinsik atau dari dalam diri sendiri. Sedangkan, motivasi yang diberikan dari luar atau motivasi ekstrinsik untuk menumbuhkan semangat belajar akan berpengaruh kecil apabila tidak barengi dengan pengalaman eksistensial.
“Imajinasi tentang mimpi atau cita-cita anak itu dibarengi dengan kegiatan eksistensial yang dapat membuat hati anak tersentuh,” kata Sam Greny.
Ia menilai anak-anak lebih baik dilatih merasakan relate antara matapelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Relevansi antara matapelajaran dengan aktivitas keseharian dapat mendorong anak untuk menambah pengetahuan dan keterampilan.
“Dengan begini anak-anak akan dapat memaknai pelajaran dan seluruh pengalaman belajar dimana pun itu, karena akan related dengan apa yang mungkin akan dan sedang dihadapi,” pungkas Sam Greny.
Editor: Setyo