OKTANA.ID, KEDIRI– Siapa yang sangka siswa kelas 3 Kabupaten Kediri bersiap mengikuti World Mathematics Invitational (WMI) Final. Dialah Anindya Reiza Prameswari, seorang siswa dari Islamic International School Pesantren Sabilil Muttaqien akan berangkat ke Korea Selatan. Negara tersebut merupakan tempat olimpiade matematika internasional digelar.
World Mathematics Invitational (WMI) sendiri merupakan olimpiade matematika tingkat dunia yang diikuti pelajar dari jenjang TK sampai SMA. Sebelumnya, peserta harus bersaing dalam babak penyisihan atau seleksi nasional yang diikuti pelajar dari seluruh Indonesia.
Hasil seleksi nasional, peserta yang lolos babak Preliminary dan mendapat medali emas, perak, maupun perunggu berkesempatan maju ke babak selanjutnya. Mereka bakal bertemu dengan peserta dari berbagai negara dalam WMI Final di Korea Selatan pada 14-19 Juli 2023 nanti.
Dalam babak penyisihan yang sebelumnya digelar di Malang, Anindya sukses mendulang medali emas dan lolos Preliminary. Tidak tanggung-tanggung, putri pertama pasangan Arief Hidayat dan Afifah Wahyuni itu mampu menyingkirkan 299 peserta lainnya.
Ayah Anindya, Arief Hidayat sendiri mengaku sempat meragukan kemampuan anaknya saat seleksi tingkat nasional. Keraguannya ditepis oleh sang anak yang akhirnya mampu lolos hingga maju pada babak WMI Final.
“Iya, sebenarnya sempat ragu, tidak menyangka anak kami bisa lolos sampai babak internasional,” kata Arief ditemui di kediamannya di Kecamatan Grogol, Kabupaten Kediri.
Tentu sebagai orang tua, Arief dan Afifah merasa bangga dengan prestasi Anindya. Akan tetapi pasutri itu mengaku bingung terkait dengan biaya ketika anaknya harus berangkat ke Korea Selatan.
“Rencananya, tabungan untuk pergi umroh akan kami gunakan untuk biaya keberangkatan Anin (Anindya). Kami juga berencana untuk berkomunikasi dengan pihak sekolah,” aku Arief.
Kendala yang dihadapi keluarga Anindya sampai ke telinga Muhammad Sarmuji. Wakil Ketua Komisi 6 DPR RI itu merasa penasaran dengan adanya sekolah internasional di daerah pinggiran yang menghasilkan siswa berprestasi.
Jika benar, artinya sekolah tersebut memiliki keistimewaan dalam kurikulum dan sistem pembelajaran. Saking penasarannya, Sarmuji sampai datang berkunjung ke Islamic International School Pesantren Sabilil Muttaqien Kediri, tempat Anindya menuntut ilmu.
“Saya datang karena penasaran dengan adanya sekolah judulnya internasional di pelosok Kediri yang memiliki prestasi internasional, dimana salah satu siswanya berkesempatan mengikuti olimpiade bertaraf internasional,” ungkap Sarmuji.
Sarmuji menambahkan, pihaknya pada awalnya mendengar kesulitan sekolah dalam hal biaya untuk memberangkatkan siswanya ke Korea Selatan untuk mengikuti olimpiade matematika di Korea Selatan. Dia pun langsung bergerak untuk memberi dukungan dana yang memang dibutuhkan.
“Kami bergerak cepat untuk mencarikan dana melalui mitra kerja kami, yakni BUMN, dan Alhamdulillah bisa memberikan support yang cukup besar untuk keberangkatan (Anindya) ke Korea Selatan,” imbuh Sarmuji.
Sementara itu, Anindya mengaku senang bisa mengikuti ajang bergengsi tingkat internasional itu. Bocah berjilbab itu bahkan sudah mempersiapkan diri sebelum berangkat ke Korea Selatan. Tampak semangat dari Anindya yang menyebut pelajaran matematika sangat menarik.
“Sebelum berangkat saya harus siap, menambah waktu belajar. Iya saya sangat senang bisa berangkat (ke Korea Selatan). Saya juga senang belajar matematika karena sangat menarik,” ungkap Anindya dengan polosnya.
Editor: Srinan