OKTANA.ID- Bagi penduduk Kediri kita mungkin tidak asing dengan nama pecel tumpang. Berbeda dengan masyarakat dari kota lain yang hanya mengenal nama pecel, pecel tumpang memang jarang diketahui oleh selain orang Kediri. Padahal pecel tumpang merupakan salah satu kuliner khas Kediri, Jawa Timur yang wajib untuk dicoba bagi para wisatawan. Cara penyajian pecel tumpang juga nyaris sama seperti kuliner pecel pada umumnya. Pecel tumpang biasa disajikan dengan berbagai sayuran segar yang telah direbus kemudian di atasnya akan dibalurkan dengan bumbu kacang pecel dan juga sambal tumpang. Anda juga dapat bebas memilih makanan pendamping pecel tumpang. Biasanya di warung yang menjajakan pecel tumpang, juga menyediakan beberapa makanan pelengkap seperti sate usus, sate telur puyuh, telur dadar, tempe dan tahu goreng untuk para pelanggannya.
Sambal tumpang memiliki rasa dan aroma khas yang sangat disukai oleh orang Kediri. Berbeda dengan sambal pecel yang pedas, sambal tumpang yang disajikan bersama dengan sambal pecel malah meredam rasa pedas dan menghadirkan rasa gurih dan nikmat. Tapi apakah Anda tahu jika salah satu bahan inti dari pembuatan sambal tumpang adalah tempe yang sudah busuk atau dalam bahasa jawa disebut tempe bosok. Biasanya sambel tumpang dibuat dengan mencampurkan tempe yang masih segar dengan tempe yang sudah lebih terfermentasi sehingga disebut tempe bosok. Namun jangan salah, aroma dari sambal tumpang sangat nikmat walaupun terbuat dari tempe bosok. Lagi pula, di Jawa sendiri penggunaan tempe bosok sebagai bahan utama masakan merupakan hal yang wajar. Tempe bosok yang diolah ke dalam bahan masakan akan memberikan rasa yang deep dan juga aroma khas seperti masakan tradisional jawa pada umumnya.
Tapi tahukah kalian jika sambal tumpang merupakan makanan yang telah ada dari jaman nenek moyang kita? Ternyata sambal tumpang merupakan salah satu makanan khas Indonesia yang telah ada dari zaman kerajaan Nusantara. Menurut Heri Priyatmoko yang merupakan dosen Sejarah pada Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, mengatakan jika keberadaan sambal tumpang telah tercatat sejak dua abad lalu. Bukti jika sambal tumpang telah ada dari zaman kerajaan Nusantara pun tercatat pada Serat Centhini dari tahun 1814 sampai 1823. Sambal tumpang disebutkan telah ada di tanah Mataram. Itu berarti kemungkinan keberadaan sambal tumpang dapat lebih tua dari pada yang tercatatkan.
Serat Centhini sendiri merupakan salah satu karya sastra Jawa terbesar yang menghimpun segala macam ilmu pengetahuan dan kebudayaan Jawa. Di dalam buku tersebut mengulas berbagai permasalahan seperti khasiat obat tradisional, petunjuk pembuatan kain lurik hingga pengetahuan mengenai kuliner di Nusantara. Serat Centhini dikumpulkan oleh beberapa tokoh yang ditugaskan untuk melakukan perjalanan mengelilingi daerah di pulau Jawa guna mengumpulkan ilmu pengetahuan di kehidupan asli masyarakat Jawa. Nama sambal tumpang hadir dalam sebuah dialog yang menggambarkan si tamu yang sedang melakukan perjalanan tadi disuguhi hidangan oleh tuan rumah berupa sambal tumpang. Hebatnya, sambal tumpang sampai saat ini masih bertahan. Hal ini juga dipengaruhi karena resep, teknik memasak telah diturunkan dari satu orang ke orang lain. Transfer pengetahuan dimulai dari ibu ke anak yang menjadikan sambal tumpang tetap eksis dengan terus mempertahankan keotentikannya. Selain itu, faktor ketersediaan bahan baku utama dari sambal tumpang sangat mudah ditemukan di kehidupan sehari-hari. Tempe bosok sendiri memiliki produsen berskala kecil yang menjual tempe bosok kepada penjual sambal tumpang. Atau jika kalian bukanlah penjual sambal tumpang yang membutuhkan tempe bosok yang cukup banyak, kalian dapat memproses sendiri tempe yang masih segar sehingga menjadi tempe bosok. Itulah tadi sejarah dari sambal tumpang, makanan khas Kediri yang melegenda. Apakah kalian tertarik untuk mencoba?
Penulis: Chantika
Editor: Srinan