OKTANA.ID – Orang yang attractive cenderung memiliki keuntungan dalam mencari pekerjaan bahkan mendapat masa depan karier yang lebih cerah. Apakah benar?
Tidak seperti judul buku Eka Kurniawan bahwa “Cantik itu Luka”. Pada kenyataannya menurut penelitian Harvard University, pekerja dengan penampilan di atas rata-rata menghasilkan 10-15 persen lebih banyak daripada pekerja dengan penampilan di bawah rata-rata.
Terdapat pula penelitian dari University of Buffalo yang menunjukkan bahwa orang dengan fisik menarik lebih mudah untuk diterima kerja, mendapat evaluasi bagus, dan mendapat gaji yang lebih baik.
Walaupun pahit, tapi hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya sesuatu yang disebut “beauty premium” dalam dunia kerja. Singkatnya, beauty premium adalah jarak pemasukan antara orang dengan penampilan fisik menarik dan kurang menarik jika dibandingkan antara gender dan etnik.
Menurut data yang dikumpulkan dari 120 responden dengan rentang usia 40 sampai 70 tahun oleh Biobank Inggris, sebuah database informasi biologis memaparkan jika pria yang lebih pendek cenderung memiliki pendidikan, status pekerjaan hingga pendapatan yang lebih rendah. Sedangkan untuk wanita, mereka yang memiliki massa tubuh yang lebih tinggi cenderung memiliki pemasukan yang lebih rendah.
Hal ini menyiratkan terdapat stigma mengenai hubungan penampilan fisik seseorang dengan kualitas sumber daya manusia terlepas apapun jenis kelamin orang tersebut. Adapun alasan mengapa orang dengan fisik menarik cenderung lebih baik kariernya adalah karena mayoritas dari kita menderita “halo efek” yang artinya kita menilai karakter seseorang sama dengan penampilan fisiknya. Dengan privilege memiliki penampilan yang bagus, membuat mereka memiliki kepercayaan diri yang tinggi sehingga berpengaruh dalam kemampuan bersosialisasi dan komunikasi dalam karier mereka. (Cha/Yu)