OKTANA.ID, Bali- Adanya fenomena ngemis online di media sosial TikTok mendapat sorotan tajam dari dunia pendidikan. Konten ngemis online dengan cara mandi lumpur di TikTok dinilai menjatuhkan nilai kemanusiaan oleh akademisi Universitas Udayana, Bali. Menurut Wahyu Budi Nugroho, sosiolog Udayana, bahwa fenomena tersebut mendegradasi nilai kemanusian bahkan harkat dan martabat manusia.
“Meskipun pelaku ngemis online ini tidak mempersoalkan tindakannya, tapi sebetulnya ini kan bentuk degradasi nilai-nilai kemanusiaan. Menurunkan harkat dan martabat manusia,” kata Wahyu.
Seakan-akan, imbuh Wahyu, membuat konten ngemis online ini untuk mendapatkan keuntungan finansial. Maksudnya ialah dengan siaran langsung di TikTok dapat menghasilkan monetisasi dan mengukur segalanya dengan uang.
“Seolah uang itu kemudian bisa mengukur segala sesuatu, termasuk harga diri, bagaimana kakek-kakek yang sudah renta mandi lumpur, kemudian ibu-ibu di sungai mandi dan sebagainya. Itu adalah sebetulnya menciderai nilai-nilai kemanusiaan kita, sekali lagi meskipun pelakunya tidak mempersoalkan itu,” terang Wahyu.
Adakah kajian tentang monetisasi tersebut dalam sosiologi? Mendapatkan pertanyaan ini, Wahyu menjelaskan bahwa ada sosiologi uang yang dapat menjadi bahan diskursus. Ia mengungkapkan bahwa uang tidak hanya sebagai representasi status sosial, namun kepemilikan terhadap uang juga merupakan cara bersikap individu. Artinya, masyarakat juga dapat bersikap dengan tak memberikan uang kepada pembuat konten ngemis online.
“Jadi hendaknya mereka yang memiliki uang lebih juga tidak bertindak semena-mena dalam tanda kutip memainkan manusia seperti itu, membuat challenge yang sebetulnya tidak layak dilakukan manusia,” imbuh pria asal Jogjakarta.
Ia menyebut ada sisi negatif dari uang yang mampu mengkuantifikasi segala sesuatu. Lantaran, uang dinilai bisa mengukur semua hal. Maka, Wahyu secara tegas berpandangan masyarakat tak perlu memberikan uang atau monetisasi untuk konten-konten seperti ngemis online. Intinya, kalau nggak ada yang ngasih juga lama-lama, aksi-aksi atau tindakan seperti itu juga akan hilang dengan sendirinya,” imbuhnya.
Hal ini bermula dari hebohnya jagad media sosial TikTok yang memamerkan orang tua dengan mandi lumpur. Dalam narasinya live streaming TikTok itu mereka mengharapkan gift atau hadiah dari penonton dengan cara menarik perhatian pengguna TikTok lain. Adegan tersebut sempat menduduki posisi For Your Page (FYP) di TikTok. (On/Har)