OKTANA.ID, Surabaya- Pasar Tunjungan, sebuah ikon kota Surabaya yang lama terbengkalai dengan kondisi memprihatinkan kini mulai bangkit dengan hadirnya anak-anak muda Surabaya yang kreatif. Belum sempurna. Karena polesan-polesan nyata baru sebatas lantai satu, itupun hanya ada 14 tenant kuliner. Namun tak bisa dipungkiri denyut nadi di Pasar Tunjungan yang ada di Jl. Embong Malang Surabaya mulai terasa.
Rasanya sangat pantas mengucapkan rasa terima kasih kepada jiwa-jiwa muda kreatif yang mau berjuang menghidupkan kembali salahn satu ikon kebanggaan arek-arek Suroboyo yang ada di pusat kota Pahlawan tercinta. Namun cukupkah sebatas itu?
Noe salah satu inisiator ekonomi kreatif Pasar Tunjungan Surabaya menceritakan bagaimana susahnya meyakinkan teman-teman pengusaha muda lokal Surabaya agar mau bersama-sama membangkitkan ekonomi kreatif disana.
“Terus terang meyakinkan teman-teman untuk investasi itu tidak gampang. Setelah mereka berhasil diyakinkan kami pun menyewa stand di bawah PD Pasar. Setahun kita dan belasan tenant lainnya rutin menyetor Rp37 juta per stand ke PD Pasar, “tutur Noe
saat ditemui Selasa (28/02/2023).
Bahkan lanjut Noe, ia dan pemilik tenant lainnya rela menanggung keterbatasan yang ada yakni dengan menerima kondisi daya listrik seadanya.
“Kesulitan sekarang untuk tambah daya. Karena mau buka usaha jenis F&B otomatis harus tambah daya listrik. Itu susah karena harus mencari pemilik stand pertama. Berdasarkan KTP dan kartu pemilik. Iya kalau masih ada. Kalau sudah meninggal ? Akhirnya ya seadanya, “katanya.
Tidak hanya itu, Noe pun menegaskan bahwa keinginan mereka tak muluk-muluk. Karena sudah bayar sewa ke PD Pasar, harusnya mereka mendapat fasilitas setidaknya petugas kebersihan.
“Ini bukti nyata ada 14 tenant pengusaha muda lokal Surabaya. Brand lokal. Anak-anak kuliahan ber-KTP Surabaya. Mereka ngecat-ngecat sendiri, moles sendiri bahkan bikin neon box sendiri. Makanya kita namakan Psar Tunjungan Pasar Kita-Kita. Sampai buang sampah sendiri sebelum clossing agar kenyamanan dan kebersihan tetap terjaga, “tuturnya.
Noe mencontohkan M Bloc Space di Jakarta dan JNM Bloc Jogja yang bisa memberdayakan bangunan lama tanpa merubah bentuk bangunan. Menurutnya Pasar Tunjungan bisa seperti itu.
“Dalam hal ini Pemerintah Kota, PD Pasar Surya harusnya hadir sebagai fasilitator bukan eksekutor. Berilah ruang kesempatan bagi anak-anak muda kreatif berkarya. Kelamaan nunggu investor gede-gede. Natural saja, “pintanya.
Keinginan Noe dan teman-temannya sejalan dengan pemikiran anggota komisi B DPRD Kota Surabaya Alfian Limardi. Ia mengatakan sejatinya keinginan untuk mewujudkan Pasar Tunjungan sebagai pusat industri kreatif sudah sejak beberapa tahun lalu.
“Saya melihat bahwa harus ada satu kejelasan dari PD Pasar, bagaimana rumusan terkait revitalisasi Pasar Tunjungan. Karena teman-teman yang menjalankan bisnis ekonomi kreatif disini sudah menyewa, baik kepada PD Pasar maupun pedagang. Maka wajar kalau mereka mengklaim punya hak yang sama. Maka kebersihan yang diminta kawan-kawan pedagang juga harusnya diakomodir oleh PD Pasar, “jelas Alfian.
Ia pun mengapresiasi upaya swadaya para pemilik tenant untuk memoles area sekitar stand di lantai satu agar terlihat indah dan membangkitkan selera masyarakat yang mampir ke Pasar Tunjungan.
Alfian mengatakan impiannya menjadikan Pasar Tunjungan sebagai pusat bisnis kreatif. Nantinya lantai satu akan lebih mengarah ke bisnis kreatif seperti yang ada saat ini belasan tenan Food and Beverage. Lantai dua pun sama, akan lebih baik kalau diisi dengan kegiatan usaha ekonomi kreatif termasuk adanya semacam co-working space.
“Disini saya melihat ada satu miskomunikasi atau satu komunikasi yang belum lengkap ya. Belum pas. Makanya kedepan saya akan mengundang Direktur PD Pasar Surya untuk bicara dari hati ke hati bagaimana kelanjutan rencana revitalisasi Pasar Tunjungan. Karena ini ikon surabaya, “ungkapnya.
Lebih lanjut ia menuturkan jika tidak ada transparansi, itikad baik untuk maju bersama, maka akan semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk menghidupkan kembali Pasar Tunjungan.
Di sisi lain pengurus Perkumpulan Pedagang Pasar Tunjungan (P3T) menaruh hormat terhadap upaya PD Pasar Surya (PDPS) dan Pemkot Surabaya menghidupkan kembali Pasar Tunjungan.
Pasar Tunjungan merupakan aset milik Pemkot Surabaya. Pengelolaannya ditangani PDPS, perusahaan daerah milik Pemkot Surabaya.
Plt Ketua Perkumpulan Pedagang Pasar Tunjungan (P3T) Jalil Hakim mengatakan Pasar Tunjungan merupakan aset milik Pemkot Surabaya. Pengelolaannya ditangani PDPS, perusahaan daerah milik Pemkot Surabaya. Sayangnya nasib revitalisasi sampai saat ini masih belum jelas.
“Prihatin. Masih banyak stand yang ditutup. Di sana-sini masih tampak kumuh. Saat mata menatap plafon lantai 1, wow. Banyak yang bolong, memperlihatkan tak tertangani. Bahkan terasa gelap, “ungkapnya.
Tak jauh beda kondisi lantai 2. Hanya ada satu kantor yang beroperasi. Stand lainnya tutup. Kondisi di setiap sisi lantai 2 kumuh. Gelap, meski siang hari. Lantai berdebu. Naik ke lantai 2 hanya bisa melalui tangga. Ada eskalator. Tapi tak berfungsi. Telah lama tidak diurus.
“Begitu juga saat naik ke lantai 3. Wow. Kondisi lantai 3 jauh lebih buruk dari keadaannya sekitar tujuh atau delapan tahun lalu. Kosong melompong. Plafonnya semakin banyak yang bolong.
Atapnya di sana sini bocor. Cukup banyak titik kebocoran atap. Bahkan bisa didengar dengan jelas atap suara atap yang nyaris lepas dari rangkanya yang berpotensi menambah banyak bagian atap yang bocor –jika tidak segera ditangani secara serius, seluruh atap akan jebol, “tutur Jalil.
Menjadi kenyataan yang kontradiktif antara gairah dan semangat para enterpreneur muda yang membuka usaha kuliner di lantai 1 dengan kondisi riil Pasar Tunjungan secara keseluruhan.
Kontradiktif pula kondisi buruk Pasar Tunjungan dengan mall mewah Tunjungan Plaza yang berada di seberangnya.
“Memaparkan kenyataan kontradiktif ini, kami tidak punya maksud atau niat sedikitpun mematikan semangat para enterpreneur muda yang sudah meramaikan lantai 1 Pasar Tunjungan. Justru sebaliknya kami berharap terus bertambah enterpreneur muda lainnya, “imbuhnya.
Apalagi berdasarkan laporan yang dihimpun P3T, masih banyak pelaku usaha yang berminat membuka bisnis dengan memanfaatkan stand-stand yang sudah lama tutup.
“Tentu saja kami berharap PDPS, yang didukung oleh Pemkot lebih serius mewujudkan revitalisasi Pasar Tunjungan. Bukan saja revitalisasi fisik bangunannya. Tapi juga revitalisasi fungsinya, “pungkasnya.
Penulis: Beatrix