OKTANA.ID, SURABAYA- Tim Arapaima dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) merancang sebuah kompleks kampus futuristik dengan konsep bangunan berkelanjutan. Rancangan inovatif itu pun akhirnya sukses meraih juara 3 dalam ajang kompetisi Futuristic University Campus Design (FUCAD) yang digelar oleh Universiti Teknologi Petronas, Malaysia, Kamis (24/8).
Ketua Tim Arapaima ITS Muhammad Farhan menjelaskan, FUCAD merupakan kompetisi rancang bangun sebuah kawasan kampus futuristik menggunakan konsep-konsep desain baru. “Di sini (FUCAD, red), para peserta ditantang menciptakan desain-desain inovatif dan inspiratif, termasuk pemilihan lokasi, sistem struktural, keberlanjutan dan kinerja lingkungan, serta fungsionalitas dan operasi,” imbuhnya.
Menurut mahasiswa Departemen Teknik Sipil ini, saat ini pencemaran udara semakin meningkat akibat bangunan dengan bahan-bahan yang tidak ramah lingkungan. Ia menuturkan, empat ton semen berkontribusi 8 persen dari emisi karbon monoksida global. “Atas dasar tantangan dari kompetisi dan fakta tersebut, kami mengusung desain kawasan kampus dengan mempertimbangkan keadaan dan potensi setempat,” ujarnya.
Mahasiswa yang akrab disapa Farhan ini melanjutkan, kawasan kampus yang didesain dengan tim diberi nama Komplek Pringdarya. Kata Pringdarya diambil dari bahasa Sansekerta, di mana Pring berarti bambu dan Darya berarti tumbuh. Sehingga memiliki makna mendalam bahwa bambu adalah bahan yang kuat dan selalu tumbuh. “Ini melambangkan kualitas pendidikan yang kuat dan mendukung seperti yang pernah digunakan sebagai alat untuk melawan penjajah di masa lalu,” paparnya.
Lokasi Komplek Pringdarya ini direncanakan terletak tepat setelah pintu masuk utama ITS, sehingga memiliki aksesibilitas yang lancar dengan luas area 160 ribu meter persegi. Ketersediaan ruang yang ada tersebut dapat dikembangkan menjadi konsep bangunan kampus berkelanjutan untuk mendukung pembelajaran siswa.
Dalam desainnya, terdapat tiga konsep respons arsitektur yang digunakan, yaitu Pendidikan, Sosial-Ekonomi, dan Ekologi. Konsep Pendidikan mempertimbangkan kompleks ini untuk menyediakan lingkungan inklusif dan aman bagi mahasiswa dalam belajar. Konsep Sosial-Ekonomi digunakan untuk menciptakan ruang urban makro dan mikro dalam berinteraksi sosial, kolaborasi, dan rekreasi. Sementara konsep Ekologi digunakan untuk merancang desain biophilic dan energi efisien dengan mengimplementasikan penggunaan bahan berkelanjutan.
Merealisasikan konsep tersebut, Komplek Pringdarya ini terdiri dari beberapa area, yaitu area pembelajaran, area hunian, area pendukung seperti tempat ibadah, tempat berolahraga, dan tempat berkumpul. Penempatan bangunan dilakukan pengelompokan serta disesuaikan dengan kebutuhan dan juga rute kendaraan. “Hal ini bertujuan untuk memudahkan dan mensentralisasi mobilitas aktivitas,” tambah mahasiswa tahun keempat ini.
Farhan mengatakan, dari segi struktur dan material, Komplek Pringdarya ini sebagian besar bangunan menggunakan beton ramah lingkungan sebesar 20 persen, baja 10 persen, serta kayu gulam sebesar 70 persen. Dengan bahan tersebut, selain lebih ramah lingkungan, bangunan ini juga dirancang untuk tahan gempa. “Konsep desain ini juga memanfaatkan bambu sebagai bahan pembuatan façade yang mampu mengurangi radiasi matahari dan lebih elegan,” lanjutnya.
Tidak hanya itu, desain Komplek Pringdarya ini juga memperhatikan keberlanjutan dalam hal penggunaan energi, serta manajemen air dan sampah. Dalam hal energi, kawasan ini memanfaatkan panel surya yang dipasang di atas setiap bangunan. Selain itu, pengelolaan air juga dirancang seefisien mungkin dengan konsep penggunaan kembali. “Untuk pengelolaan sampah, kami merancangnya sebagai sistem pembuangan otomatis dan terpusat yang terhubung dengan pipa,” pungkas Farhan.
Editor: Beatrix