OKTANA.ID – Dalam dunia kesehatan, air susu ibu atau ASI adalah cairan berupa emulsi yang dikeluarkan dari kelenjar payudara ibu, dimana di dalamnya terdapat protein, laktosa, dan banyak garam organik. Asi sangat dianjurkan dan dibutuhkan oleh anak sejak usia 0-6 bulan bahkan lebih yang kita ketahui sebagai asi eksklusif. Bayi sangat membutuhkan asi agar ia dapat terjaga dari berbagai ancaman kesehatan pasca dilahirkan atau meningkatkan daya tahan tubuh, berat badan ideal, dan mencegah sudden infant death syndrome (SIDI). Pemberian asi ekslusif pada bayi juga telah direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization, United Nation Children Fund (UNICEF), dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Berbicara mengenai asi dan ibu menyusui, apakah Anda tahu bahwa di sekitar kita juga seringkali terdengar banyak mitos yang mungkin bisa saja mengganggu kelancaran pemberian asi pada anak? Apa saja? Mari simak penjelasan berikut!
- Asi pertama berwarna kuning dan dianggap kotor
Tahukah bunda? Asi pertama memang berwarna kuning namun bukan berarti basi melainkan banyak mengandung antibody dan imunoglobulin yang baik untuk bayi. Melansir laman idntimes.com, asi pertama disebut dengan klorosum yang mana keluar saat hari dimana ibu melahirkan. Klorosum ini banyak mengandung protein (8,5%), karbohidrat (3,5%), lemak (2,5 gr), mineral (0,4%), dan air (85,1 %). Tahukah bunda? Klorosum ini juga dapat bermanfaat untuk membersihkan pencernaan bayi ketika baru lahir sehingga jangan sampai menganggap bahwa asi ini kotor. Selain itu, di dalam klorosum ini banyak terdapat sel darah putih yang bisa membantu bayi terhindar dari infeksi dan virus.
- Pasca melahirkan, asi tidak keluar dan bayi dapat diberikan makanan lain
Terkadang, masih banyak ibu yang belum memahami dengan baik bagaimana cara menangani bayi yang baru lahir atau karena terlalu panik akibat air susunya tidak bisa keluar pasca melahirkan. Seperti yang kita tahu, bayi sangat sensitif dan memerlukan perawatan yang ekstra hati-hati agar terhindar dari bahaya kesehatan. Termasuk dalam kondisi ini, banyak ahli yang tidak menganjurkan ibu untuk mengganti asi dengan makanan lain karena hal tersebut dapat membahayakan pencernaan si bayi apalagi saat baru lahir. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, bahwa asi ekslusif sangat dibutuhkan anak ketika berusia 0-6 bulan. Biasanya, pada usia ini para ibu tidak banyak memberikan makanan tambahan karena bayi belum bisa mencerna makanan dengan baik selain asi. Tetap saja, mengenai hal ini sebaiknya Anda juga melakukan konsultasi dengan dokter agar tetap aman. Selain itu, melansir laman idntimes.com, diketahui bahwa sebenarnya bayi yang baru lahir juga memiliki cadangan makanan yang ia miliki saat masih di dalam kandungan. Hebatnya, bayi dapat memanfaatkan cadangan makanan tersebut hingga 2×24 jam lamanya. Sehingga, bagi para ibu yang mengalami hal ini pasca melahirkan, sebaiknya tidak perlu panik dan tetap berusaha untuk memperlancar produksi asi.
- Ukuran payudara mempengaruhi banyaknya asi
Pernyataan ini sering mengganggu pikiran para ibu namun faktanya tidak benar. Perlu diketahui, sebenarnya produksi asi juga dipengaruhi oleh perilaku dan kondisi dari sang ibu. Apabila sang ibu sering mencoba/merangsang keluarnya asi pada bayi maka produksi asi akan meningkat, kemudian didukung dengan konsumsi makanan yang sehat dan penuh nutrisi. Lalu, kita juga perlu mempertimbangkan kondisi kesehatan dari sang ibu, apabila ia memiliki kondisi kesehatan yang kurang baik maka tentu akan berpengaruh pada produksi asi. Perlu diktahui, kelenjar susu dalam payudara akan tumbuh dan berkembang sejak masa kehamilan sehingga ketika bayi lahir payudara akan siap menghasilkan asi. Masa ini tepat pada bulan ketiga usia kehamilan. Dalam Jurnal Ners dan Kebidanan yang ditulis oleh Dwi Ernawati dan kawan-kawan, diketahui bahwa tubuh wanita akan memproduksi hormon yang dapat menstimulasi munculnya asi, yaitu hormon prolaktin dan hormon oksitosin. Oleh karena itu, para ahli sudah menegaskan, bahwa ukuran payudara tidak mempengaruhi besar kecilnya jumlah asi pada setiap wanita karena tiap ukuran payudara memiliki kemampuan produksi asi yang sama.
- Ibu menyusui dilarang makan sembarangan
Hal ini mitos, karena sebenarnya bayi sudah terbiasa dengan makanan ibu ketika masih di dalam kandungan. Memang benar, apapun yang dikonsumsi ibu jga dapat dirasakan oleh bayi namun tidak akan terasa sama dan tidak bertahan lama seperti yang ibu rasakan karena payudara memiliki kemampuan untuk menyaring nutrisi penting saat akan memproduksi asi. Contoh mitos yang beredar di kalangan ibu menyusui salah satunya adalah ibu tidak boleh minum minuman dingin agar bayi tidak pilek. Hal ini tidak benar karena asi tidak akan ikut menjadi dingin. Faktanya bayi akan mengalami flu karena kondisi lingkungan tempat tinggal seperti virus, kuman, atau faktor penyerta lainnya. Namun, para ahli tetap menyarankan ibu menyusui untuk menghindari beberapa makanan, seperti makanan yang dapat memicu alergi pada bayi, makanan yang terlalu pedas, dan sayuran yang mengandung gas.
- Nutrisi asi dapat ditentukan dari warna dan teksturnya
Bunda wajib tahu, bahwasanya asi memiliki kandungan yang sama dan tidak ada asi ibu yang tidak memiliki nutrisi. Dalam laman idntimes.com disebutkan, bahwa kandungan asi dibagi menjadi dua jenis, yakni foremilk (teksturnya lebih cair dan berwarna putih, merupakan asi pertama yang dihisap saat bayi menyusui) dan hindmilk (teksturnya lebih kental karena mengandung lebih banyak lemak, merupakan asi yang keluar ketika akhir menyusui). Lebih lanjut, dalam literatur sebelumnya juga disebutkan, bahwa asi yang berwarna putih dan lebih encer sebenarnya lebih banyak mengandung air oleh karena itu sebaiknya ibu memberikan kesempatakan menyusui lebih lama agar bayi mendapatkan kandungan lemak lebih banyak pada asi. Tentunya, lemak ini akan menjadi sumber energi bagi tubuh si kecil.
Pada paparan sebelumnya, banyak ahli menganjurkan para ibu untuk memberikan asi pada bayi hingga usia 6 bulan. Namun, sebenarnya asi juga dianjurkan untuk tetap diberikan hingga anak berusia 2 tahun karena sebanyak 2/3 kebutuhan energi anak masih tetap berasal dari asi meskipun setelah usia 6 bulan mereka akan mendapatkan makanan MPASI. Kemudian, pada usia 9-12 tahun sebanyak ½ dari kebutuhan energi anak masih tetap berasal dari asi, dan pada usia 1-2 tahun asi juga tetap dibutuhkan untuk memenuhi energi anak sebanyak 1/3 dari kebutuhannya.
Setelah mengetahui mitos dan pentingnya asi bagi bayi, bukankah seharusnya para ibu sudah memiliki kesadaran diri akan menyusui bayi hingga waktu yang sudah dianjurkan oleh para ahli? Tidak ada alasan bagi ibu untuk tidak memberikan kebutuhan asi eksklusif pada bayi kecuali terdapat gangguan medis karena hal ini akan mempengaruhi proses perkembangannya, yakni daya tahan tubuhnya cenderung akan lemah dibanding dengan anak yang mendapatkan asi eksklusif dengan cukup. Bahkan, WHO juga membuktikan tentang faktor kematian balita salah satunya adalah karena tidak mendapatkan asupan asi ekslusif.
Akan tetapi, mirisnya diluar sana seringkali dijumpai anak yang tidak bisa menerima asi ekslusif dari ibunya karena banyak faktor. Seperti yang telah dijelaskan dalam jurnal Continuing Medical Education Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Denpasar, Bali. yang disusun oleh Felicia Anita Wijaya, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemberian asi ekslusif pada anak, diantaranya karena kesibukan sang ibu sebagai wanita karir (padahal pemberian asi tetap dapat dilakukan denan cara pumping), kurangnya pemahaman tentang menyusui, praktik menyusui kurang baik (pelekatan salah, tidak memberikan asi di malam hari, menggunakan dot, dll), dukungan dari orang terdekat, faktor psikologis ibu, kondisi fisik ibu, hingga kondisi fisik pada bayi itu sendiri.
Penulis: Lutfina
Editor: Srinan