OKTANA.ID, SURABAYA– Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Jatim) mengklaim mengalami penurunan kemiskinan terbanyak di Indonesia. Terhitung dua tahun belakangan setelah pandemi Covid-19, angka kemiskinan di Provinsi Jawa Timur menurun secara signifikan. Terhitung hingga Maret 2023, jumlah penduduk miskin di Jatim berkurang sebanyak 383.920 dari Maret 2021. Dari sejumlah provinsi, angka ini menjadi tertinggi.
“Di masa pandemi Covid-19 dan berkat kerja keras kita semua angka penurunan kemiskinan dj Jawa Timur paling tinggi,” kata Gubernur Jawa Timur Khofifah.
Mengutip dari data BPS yang dirilis pada 17 Juli 2023 kemarin, dari September 2022 sampai Maret 2023, persentase angka kemiskinan di Jatim mengalami penurunan sebanyak 0,14 persen poin.
Dari pencapaian ini, sejumlah indikator yang mempengaruhi adalah ekonomi Jatim yang tumbuh triwulan I 2023 sebesar 4.95 persen (yoy). Dimanaz triwulan I 2023 sebelumnya hanya mencapai 1.02 persen. Lalu, faktor Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 4,81 persen kini menjadi 4,33 persen.
Selain itu, program lain yang digalakkan yakni pencairan dana bantuan bagi produktif untuk keluarga miskin ekstrem di lima kabupaten, masing-masing senilai Rp1.5 juta untuk modal usaha. Ditambah dengan meningkatnya pendapatan penduduk melalui pangsa kredit UMKM (31.83 persen). Mulai dari fasilitas pembiayaan, KUR serta Prokesra.
“Lewat program Prokesra kita berikan subsidi bunga untuk pengusaha ultra mikro dan makro yang mana mereka hanya menanggung bunga pinjaman 3 persen setiap tahun,” jelasnya
Khofifah mencatat, penyaluran BLT Dana Desa pada tahun 2023 per Maret yang telah disalurkan yakni 163.668 Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Kemudian, untuk penyaluran PKH pada triwulan 1 tahuj 2023 yakni 99.12 persen atau 1.554.312 dari toral 1.566.750 keluarga penerima.
“Berkurangnya angka kemiskinan ini juga beriringan dengan keberhasilan Jatim dalam peningkatan desa mandiri yang mana tahun 2021 jumlahnya 697 desa lalu 2022 menjadi 1.490. Naik 113,77 persen,” kata Khofifah.
Editor: Srinan