OKTANA.ID, YOGYAKARTA– Muhammadiyah akan terus memberikan ruang dan dukungannya kepada kader Persyarikatan yang ingin berkiprah di ranah politik praktis. Selain itu, kader Persyarikatan juga didorong untuk berdiaspora masuk ke berbagai partai politik (parpol), apapun itu partainya.
Dukungan kepada kader politisi tersebut disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Haedar Nashir ketika memberikan tausiyah peringatan Milad ke-111 Muhammadiyah yang diselenggarakan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur.
Prof Haedar mengatakan, kader-kader Persyarikatan yang terjun ke ranah politik praktis penting memiliki kesederhanaan dan fleksibilitas dalam perjalanan politiknya. Kader politik Persyarikatan juga diminta untuk serius dan tidak mudah menyerah ketika berjuang. Terutama dalam menghadapi dinamika politik elektoral.
Maka dari itu, kader politik Persyarikatan harus tangguh, bisa beradaptasi, dan bisa berdialog dengan orang lain. Sebaliknya, jangan sampai baru lima hari berpolitik semua orang dimusuhi. Jangankan yang di luar, yang di kamar sendiri juga dimusuhi.
“Kalau sekali gagal, harus terus, sampai lima kali gagal. Nah iya, jangan sekali gagal, lalu pulang kampung. Yang pulang kampung dengan marah-marah lagi. Jangan deh. Berjuang ya berjuang,” ujar Prof Haedar.
Menurut Guru Besar Sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu, jika kader mudah menyerah ketika mengalami satu kegagalan, maka sudah tentu akan menjadi orang yang gagal ke depan. Apalagi jika tidak mampu mengambil hikmah atau sesuatu yang positif dari peristiwa kegagalan tersebut.
“Kalau seperti itu (gagal lalu menyerah), insya Allah dalam tempo sesingkat-singkatnya dia akan menjadi orang yang gagal. Gagal itu juga gapapa, kan dalam hidup kita ini jatuh bangun, tapi ambil energi positif dari kegagalan itu, kalau mau terus berjuang, perbaiki diri, perbaiki langkah, dan pada saat yang sama jangan terus nyalahkan orang deh,” kelakarnya disambut tawa para peserta Milad.
Lebih lanjut, Prof Haedar mengajak agar kader-kader Muhammadiyah bisa selalu hadir dan mampu mengambil peran di tengah-tengah masyarakat dan di berbagai lapisan elemen, termasuk di akar rumput.
“Jangan-jangan kita ini eksklusif di masyarakat luas. Jangan-jangan kita tidak hadir di kelompok marjinal. Bahkan kita tidak hadir di kelompok-kelompok elite. Padahal banyak orang dari elite, menengah, sampai ke bawah itu ingin merasa terangkuli oleh Muhammadiyah,” tandasnya.
Dia lantas meminta, agar kader-kader dan warga Persyarikatan mau dan mampu untuk berperan aktif dalam politik, namun juga tetap menjaga prinsip-prinsip dan nilai-nilai Muhammadiyah, yakni kesederhanaan, tasamuh, serta kerja sama.
“Mudah-mudahan hari ini kita dapat berefleksi, kemudian terus memperdalam kohesivitas kita, ingat harga termahal adalah kebersatuan, kebersamaan, dan sistem yang kita jaga, mudah-mudahan Allah meridhoi kita,” pungkas Prof Haedar.