OKTANA.ID, SURABAYA- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mendorong penerapan pakaian adat dan bahasa daerah bagi pelajar SMA sederajat setiap satu hari dalam seminggu. Sebab, bahasa dan budaya adalah dua unsur interaksi sosial yang harus dijaga kelestariannya sejak usia pelajar.
Hal tersebut diungkapkan Gubernur Khofifah saat membuka Kegiatan Peningkatan Kompetensi Guru Bahasa Daerah Jenjang SMA Tingkat Prov. Jatim Tahun 2023 di Hotel Montana Dua, Kota Malang, Senin (10/7) malam.
Gubernur Khofifah menyampaikan, guru bahasa daerah adalah ujung tombak pembangunan karakter dan pelestarian budaya daerah. Menurutnya, guru bahasa harus bisa mengajarkan karakter penuh kearifan ditengah gencarnya arus digital teknologi yang bisa menggerus berbagai kearifan lokal. Seperti cara berbicara atau menyampaikan pesan dengan sosok yang lebih tua, seumuran, dan yang lebih muda. Ada tata krama yang harus dijaga.
“Guru bahasa tidak sekedar transfer of knowledge tapi harus bisa transfer of attitude juga transfer of value,” ungkapnya.
Khofifah pun menekankan, bahwa transfer of attitude ini adalah ruh dari semua keilmuan. Karena tingginya ilmu tanpa diikuti perilaku dan sikap yang baik akan menurunkan derajat keilmuan itu sendiri. Pelajaran bahasa daerah memang kategori muatan lokal. Tetapi bahasa daerah mengajarkan nilai, norma kehidupan sosial, sampai norma kehidupan kebangsaan dan tata krama nasional.
Ditambahkan, tuntutan bersikap sopan santun, tata krama, unggah ungguh, ada pada akar budaya dan terekspresikan melalui pelajaran bahasa dan budaya daerah. Salah satu hal yang menjadi fokus saat ini adalah komunikasi antara guru dan murid yang dibangun setara tetapi harus tetap menjaga sopan santun.
“Guru harusnya menjadi panutan dan teladan dan memberikan contoh karakter yang baik. Guru harus menjadi sosok yang siap untuk digugu dan ditiru,” tegasnya.
Khofifah berharap para guru selain mendidik anak-anak untuk cakap berbahasa daerah, juga mampu membuat mereka memahami akar budaya dan nilai-nilai sosial budaya serta kearifan masing-masing daerah.
“Dari peningkatan kompetensi ini mari kita didik anak-anak untuk bercakap Bahasa Daerah dan memahami akar budaya daerahnya. Terlebih, tiap daerah di Jatim memiliki budaya masing-masing. Madura beda, Banyuwangi beda, Mataraman beda, Arek beda dan pantura beda juga,” tegasnya.
“Mari kita fahami semua produk budayanya. Terutama tatakrama dan unggah ungguh yang menjadi bagian penting sebagai representasi budaya Jawa Timur,” pungkas Khofifah.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Prov. Jatim Aries Agung Paewai mengatakan, kegiatan ini bertujuan agar para guru bisa menguasai Bahasa Daerah serta mengajarkan nilai, sikap dan perilaku. Sekaligus untuk mengembangkan kompetensi guru yang lebih profesional.
“Jika setiap Guru bisa menguasai Bahasa Daerah. Saya yakin, para siswa bisa menjaga nilai sikap, attitude dan bisa mengembangkan bahasa daerah,” ujarnya.
Peran guru daerah di sekolah, lanjutnya menjadi pendorong budaya daerah dan budaya lokal sesuai metode yang diharapkan. Ke depan, guru bahasa daerah haruslah kreatif di dalam menyampaiman metode pembelajaran.
“Guru bahasa daerah harus kreatif, terutama dalam proses pembelajarannya. Kita berharap siswa-siswa kita bisa mengamalkan budaya sosio kultural yang saat ini mulai tergerus budaya asing,” tutupnya.
Editor: Beatrix