OKTANA.ID, KEDIRI– Tren harga beras yang sempat merangkak naik bulan September lalu memberi dampak pada tingkat inflasi di Kota Kediri. Berdasarkan data yang dirilis BPS Kota Kediri, inflasi bulan September di Kota Kediri masih terpantau terkendali di angka 0,37% secara month to month (mtm). Pardjan, Kepala BPS Kota Kediri saat dikonfirmasi Jumat (13/10) mengatakan kenaikan harga pada kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau masih menjadi salah satu pemicu inflasi di Kota Kediri.
Lebih lanjut Pardjan mengatakan beras menduduki inflasi yang cukup tinggi di Kota Kediri sebesar 0,32%. Ada pula komoditas lain penyumbang inflasi, diantaranya bensin 0,048%, emas perhiasan 0,035%, biaya pulsa ponsel 0,022%, tempe 0,017%, tahu mentah 0,011%, pisang 0,010%, daging ayam ras 0,008%, jus buah siap saji 0,008% dan wafer 0,007%. “
Di samping itu, terdapat pula sepuluh komoditas yang menghambat inflasi. Diantaranya telur ayam ras mengalami deflasi sebesar -0,084%, cabai rawit deflasi sebesar -0,059%, bawang merah deflasi sebesar -0,047%, minyak goreng deflasi sebesar -0,012%, bawang putih deflasi sebesar -0,011%, daging sapi deflasi sebesar -0,010%, kacang panjang deflasi sebesar -0,009%, cabai merah deflasi sebesar -0,008%, semangka deflasi sebesar -0,005% dan bayam deflasi sebesar -0,004%.
“Yang perlu diwaspadai pada bulan berikutnya ialah komoditas beras karena ketika ada kenaikan sedikit harga akan mengganggu inflasi di Kota Kediri. Begitu juga dengan daging ayam ras, tahu mentah, tempe yang masih menjadi penyumbang inflasi,” tuturnya.
Agar stabilitas harga terjaga, Pardjan menghimbau kepada Pemkot Kediri khususnya TPID Kota Kediri untuk melakukan pemantauan harga secara kontinue serta melihat kondisi di lapangan untuk mengetahui komoditas apa yang masih terjadi inflasi atau harganya cenderung mengalami kenaikan. “Dari kegiatan tersebut bisa dirumuskan untuk dilakukan intervensi dan supply lebih banyak sehingga harga bisa ditekan. Dan yang utama saat ini ialah komoditas beras agar menjadi perhatian karena jika harga naik terus akan mengganggu perekonomian karena beras merupakan komoditas utama konsumsi masyarakat di Kota Kediri,” jelasnya.
Menanggapi hal tersebut, Tetuko Erwin Sukarno Kepala Bagian Administrasi Perekonomian sekaligus selaku Sekretaris TPID Kota Kediri menyampaikan bahwa sejak akhir Bulan Agustus harga beras menunjukkan tren kenaikan, ada beberapa penyebab dari hulu hingga hilir, antara lain kenaikan harga pupuk akibat eskalasi konflik rusia ukraina, kemarau panjang efek el nino, pembatasan ekspor beras pada negara-negara yang biasanya diimpor oleh Indonesia serta sudah berlalunya masa panen raya yang mengakibatkan supply beras menurun sehingga meningkatkan harga.
Lebih lanjut erwin menyampaikan bahwa Pemerintah Kota bekerjasama dengan BULOG dan Bank Indonesia melalui TPID tengah melaksanakan upaya stabilisasi pasokan dan harga pangan, untuk komoditas beras, selama bulan September 2023 kemarin telah mendistribusikan lebih dari 80 ton beras melalui mekanisme Operasi Pasar, serta melakukan restocking secara rutin pada toko-toko di pasar tradisional yang ditunjuk oleh Disperdagin Kota Kediri untuk menjual beras SPHP.
Selain itu Pemerintah Pusat juga tengah menyalurkan bantuan pangan kepada keluarga miskin sasaran berupa beras dan beberapa bahan pokok lainnya “Kami berharap banyaknya distribusi beras secara bersamaan ini dapat menekan permintaan beras di pasaran sehingga dapat mengkoreksi harga” tutur Erwin.
Masyarakat Kota Kediri tidak perlu khawatir akan kecukupan stok beras karena pada peninjauan ke Gudang BULOG Kediri di minggu ketiga September, Walikota Kediri Abdullah Abu Bakar telah memastikan stok beras Bulog aman hingga Idul Fitri 2024.