OKTANA.ID, KEDIRI– Kajian sastra selalu menarik menjadi perbincangan. Apalagi, yang dibahas tentang Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra). Sebuah organisasi yang selalu didentikkan dengan sayap partai terlarang, yakni Partai Komunis Indonesia (PKI).
Dialah Mohammad Fikri Zulfikar, seorang dosen Universitas Islam Tribakti Lirboyo Kediri yang baru saja meluncurkan buku berjudul “Pragmatik Sastra Lekra”. Karya ini merupakan olahan dari sebuah tesisnya ketika menyelesaikan program magister.
Ia menilai karya sastra dari Lekra mempunyai kekhasan dalam khazanah sastra Indonesia. Fikri melihat karya-karya yang lahir dari sastrawan Lekra memiliki karakter kuat untuk mengisahkan realita kehidupan masyarakat.
“Khususnya pada tahun 1950-1960’an, sastrawan Lekra lekat dengan kehidupan nmasyarakat atau biasa dikenal dengan realisme sosialis,” ungkap Fikri.
Menurutnya, kajian Pragmatik Sastra Lekra merupakan penelitian dari cerpen-cerpen yang dimuat di Harian Rakjat. Dengan gaya realisme sosialis, kata Fikri, sastrawan Lekra berhasil mempengaruhi pemikiran masyarakat. Sehingga, karya sastra tersebut harus dikaji secara kontesktual.
Apalagi, buku ini berfokus pada resistansi dari kelas pekerja, termasuk petani dan buruh. Buku ini menjadi mesin lorong waktu bagi pembacanya untuk mengantarkan bagaimana perjuangan kelas pekerja di masa lalu.
Di sisi lain, sastra juga lahir dari kondisi riil masyarakat. Sehingga, karya sastra juga mengambil peran penting dalam kesadaran masyarakat untuk memperjuangkan keadilan. Sastrawan Lekra, imbuh Fikri, dalam cerpennya kerap menggambarkan kaum tani dan buruh sebagai tokoh yang selalu ditindas kaum kuat. Seperti, tuan tanah, majikan, hingga petinggi pabrik.
“Dari penderitaan yang bertahun-tahun dialami oleh kaum tani dan buruh atas tindak kesewanang-wenangan kaum kuat itu menimbulkan sebuah kesadaran untuk melakukan resistansi,” pungkas alumnus Universitas Negeri Malang ini.
Editor: Setyo