OKTANA.ID, Malang– Pemasangan kursi di pedestrian Jalan Ijen Kota Malang menjadi polemik. Tak sekali dua kali, kursi di pedestrian Jalan Ijen ini kerap digunakan sejoli untuk mesum. Bahkan, secara terang-terangan perbuatan tercela ini dilakukan pada siang bolong.
Hal tersebut membuat Pemerintah Kota (Pemkot) Malang beberapa kali menyegel kursi tersebut. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang pun dilema dengan adanya kursi pedestrian Jalan Ijen yang semestinya memperindah Kota Malang namun malah disalahgunakan.
Saat ini jajaran kursi pedestrian itu disegel kembali oleh Pemkot Malang dengan dipasang bambu berkawat. Sehingga, warga tak dapat menggunakan fasilitas kursi pedestrian itu. Beberapa kali segel dari kayu bambu itu rusak atau terbuka dan kembali disegel petugas.
Kondisi ini mendapatkan perhatian khusus dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Malang. Karena, nasib kursi tersebut harus dikaji dan dianalisis lebih dalam untuk pemanfaatannya. Setidaknya ada dua pilihan sementara, yakni mengganti kursi taman single seat atau malah dicopot.
Ketua Komisi A DPRD Kota Malang, Rahman Nurmala berpandangan bahwa ada dilema dalam menentukan masa depan kursi pedestrian Jalan Ijen. Akan tetapi, DPRD mendesak DLH Kota Malang untuk segera menyelesaikan kajian terkait masa depan kursi pedestrian itu.
“Saya sudah mendesak DLH untuk segera menyelesaikan analisisnya, masak gak ada progresnya. Kan harus ada progresnya, titik mana yang perlu ada perlakuan khusus misalnya,” kata Rahman.
Memang tidak bisa dipungkiri, ada manfaat dari kursi pedestrian Jalan Ijen. Seperti untuk beristirahat sejenak dan menikmati kesejukan di Kota Malang. Sedangkan ketika disegel, tentu masyarakat akan merasa dirugikan.
“Kalau memang sudah saatnya dibuka, ya dibuka saja. Kalau tak segera ditindaklanjuti kan masyarakat yang dirugikan. Itukan fasilitas untuk masyarakat,” imbuhnya.
Raham juga mengakui bila kursi itu tetap digunakan, maka harus ada Langkah konkret dari pemerintah agar tidak terjadi aksi mesum lagi di kursi pedestrian Jalan Ijen. Misalnya dengan diganti kursi single seat, penambahan penerangan lampu, dan memperketat pengawasan.
“Itu bagian dari kajiannya, rencananya kan akan ada kursi kursi yang bundar bundar gitu, single seat. Silahkan kalau itu memang yang terbaik bagi masyarakat. Pasti ada perspektifnya masing masing. Kalau tetap seperti ini tentu harus ada peningkatan pengawasan, penambahan penerangan yang cukup. Selama ini kan remang-remang. Kemudian kalau diganti tentu perlu anggaran lagi,” bebernya.
Dia berharap DLH Kota Malang bisa segera menyelesaikan kajiannya untuk menindaklanjuti masa depan kursi taman tersebut. Dengan demikian, masyarakat tidak dirugikan dengan penggunaan anggaran untuk kebijakan yang tidak jelas kepastiannya.
Penulis: Faizal
Editor: Srinan