OKTANA-ID – Baru-baru ini media sosial kembali memanas dengan pernyataan salah satu selebgram tanah air, yakni Gita Savitri mengenai perspektifnya tentang memiliki anak. Dalam akun Instagramnya, Gita mengungkapkan bahwa salah satu cara agar tetap awet muda dan terhindar dari stres adalah dengan tidak memiliki anak.
Sontak saja pernyataan tersebut mengundang berbagai kecaman dari para netizen karena Gita dianggap menyinggung pilihan pasangan khususnya para wanita yang sudah memiliki anak. Childfree atau yang biasa disebut dengan keputusan untuk tidak memiliki anak memang terdengar sebagai sesuatu yang ekstrim, apalagi di kalangan masyarakat Indonesia yang notabene memiliki berbagai kontruksi dalam kehidupan sosial-budaya bahkan agama. Akan tetapi, tidak sedikit pula netizen yang berpikir bahwa Gita memiliki trauma tersendiri dalam hidupnya.
Umumnya, apabila seseorang pernah memiliki pengalaman traumatik di masa lalu ia akan memiliki Fobia atau ketakutan yang sangat ekstrim di masa yang akan datang. Fobia menjadi salah satu gangguan kejiwaan tepatnya kecemasan akut yang umumnya dimiliki seseorang terhadap suatu hal dalam kesehariannya. Seperti halnya Chilldfree, orang yang mengambil keputusan ini biasanya memiliki ketakutan yang justru diinginkan oleh kebanyakan orang.
Macam-macam Fobia
Menilik pendapat Victoria Tunggono dalam bukunya yang berjudul “Childfree & Happy”, disebutkan beberapa jenis fobia yang mungkin saja dimiliki oleh Childfree people atau orang yang memilih untuk tidak memiliki anak, diantaranya adalah ;
Aphenphosmphobia (takut akan sentuhan)
Mereka yang menderita fobia ini biasanya tetap dapat memiliki anak, akan tetapi dalam kesehariannya ia akan menghindari berbagai jenis sentuhan baik dari pasangan atau anak. Namun, ada pula yang memilih untuk tidak memiliki pasangan karena memiliki rasa takut yang tidak bisa ditolelir.
Ataxophobia (takut ketidakteraturan atau ketidakrapihan)
Ketakutan ini memang akan sulit untuk dihindari karena pada umumnya apabila memiliki anak biasanya sulit untuk mengontrol kerapihan dan kebersihan rumah, seperti banyak alat bermain atau kebiasaan lainnya yang tidak dapat dihindari. Memang terkesan tidak masuk akal, akan tetapi bagi beberapa orang hal ini sangat mengganggu sehingga mereka tidak menyukai anak-anak bahkan memilih untuk menghindari anak-anak di dalah rumah dan hidupnya.
Atelophobia (takut akan ketidaksempurnaan)
Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda mengenai sebuah kesempurnaan. Bahkan, bagi sebagian orang yang amat idealis memiliki ketakutan yang tinggi akan ketidaksempurnaan dalam hidup. Jelasnya, mereka yang memiliki keputusan untuk Childfree merasa bahwa akan sangat sulit untuk menjadi orang tua yang sempurna apabila memiliki anak. Ketidaksempurnaan semacam itu membuat mereka resah dan memilih untuk tidak memiliki anak.
Atychiphobia (takut akan kegagalan)
Mirip dengan Atelophobia, mereka yang menderita fobia ini akan memilih untuk menghindari resiko apabila berkeluarga atau bahkan memiliki anak.
Echopobia (takut akan rumah)
Fobia yang satu ini berasal dari kata “eco”, yang berarti lingkungan atau keadaan sekitar. Echopobia juga disebut dengan Eco-Anxiety yang berarti kecemasan terhadap penurunan kualitas lingkungan. Mereka yang menderita fobia ini cenderung merasa takut, pesimis, merasa bersalah, bahkan tidak mampu untuk menghadapi berbagai masalah yang berkaitan dengan kualitas lingkungannya. Dalam hal ini mengenai kehidupan sehari-hari, yang mana para penderita Echopobia menghindari keputusan yang mengharuskan untuk memiliki anak bahkan memilih untuk tidak memiliki anak agar menhindari keadaan lingkungan yang tidak kondusif untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
Ephebiphobia (takut akan remaja)
Bagi para penderita fobia ini, biasanya memiliki pengalaman traumatik di masa lalunya khususnya pada saat usia remaja. Pengalaman tidak mengenakkan tersebut biasanya seperti tidak diterima di lingkungan pertemanan, korban bully, tidak pernah didengarkan, dan sebagainya). Ketakutan semacam ini wajar dirasakan oleh beberapa orang karena nantinya apabila mereka memiliki anak tidak hanya mengurusnya saja namun juga mendidiknya agar menjadi pribadi dan kehidupan yang baik. Pada usia remaja, biasanya anak akan mulai menunjukkan aktualisasi diri atau berbagai macam perilaku yang dapat membuat para orang tua memiliki upaya ekstra untuk menjaganya dari hal-hal yang tidak diinginkan, terlebih untuk menghindari pengalaman traumatik yang pernah dilami di masa lalu. Sehingga, dengan fobia ini masih banyak orang yang memilih untuk tidak memiliki anak.
Gamophobia (takut akan pernikahan)
Mereka yang takut dengan kehidupan pernikahan biasanya telah mengalami hubungan yang kurang baik atau melihat secara langsung kondisi pernikahan orang tuanya. Umumnya, anak akan melihat bahkan mencontoh perilaku orang terdekatnya dan dapat turut merasakan apa yang dirasakan oleh orang terdekatnya. Bagi sebagian orang, fobia ini masih sulit untuk disembuhkan karena memang kejadian yang pernah dialami benar-benar mengganggu kesehatan mentalnya sehingga hingga kini masih banyak orang yang memilih untuk sendiri, bahkan meskipun telah berkeluarga mereka memilih untuk tidak memiliki anak.
Lockiophobia (takut akan kehamilan)
Bagi penderita fobia ini masih dapat memiliki anak, akan tetapi bagi sebagian orang juga memilih untuk Chilldfree atau mengadopsi anak daripada merasakan sakit ketika hamil dan melahirkan.
Obesophobia (takut akan kenaikan berat badan)
Sudah menjadi rahasia umum bahwa berat badan menjadi salah satu ketakutan bagi para wanita. Bahkan, tidak jarang baik di kehidupan nyata maupun serial drama banyak wanita yang enggan hamil dan memilih untuk menunda kehamilan selama belasan tahun setelah menikah. Akan tetapi, tidak jarang pula bagi wanita yang sangat mempertahankan bentuk fisiknya ia gunakan untuk alasan beberapa pekerjaan tertentu sehingga mereka benar-benar tidak membiarkan fisiknya berubah dan tetap tampil menawan. Memang ada pasangan yang tetap mendukung keputusan istrinya untuk menunda bahkan tidak memiliki anak, akan tetapi keputusan seperti ini tetap harus berdasar pada kebaikan bersama agar tidak timbul kehancuran dalam sebuah keluarga.
Philopobhia (takut akan cinta)
Dari rasa takutnya, dapat dipastikan bahwa bagi sebagian orang akan memilih untuk tidak memiliki anak, bahkan pasangan. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa di masa depan orang tersebut akan merubah keputusannya karena fobia yang dialami berangsur menghilang dan berhasil damai dengan dirinya sendiri.
Meskipun fobia akan hilang apabila diatasi dengan bantuan psikoterapi atau konsumsi obat lainnya, tetap saja bagi sebagian orang mereka tetap memilih untuk menghindarinya selama bertahun-tahun bahkan selamanya. Dengan berbagai macam fobia yang diatas, dapat disimpulkan bahwa Childfree tidak sepenuhnya buruk karena memang kondisi yang dialami oleh setiap orang berbeda-beda. Akan tetapi, apabila anda tetap ingin mengambil keputusan untuk Childfree maka sebaiknya dibicarakan secara intim dengan pasangan atau mencari tahu dan memahami kondisi pribadi.
Lebih dari itu, dr. Adhi Wibowo Nurhidayat, Sp.Kj. MPH yang merupakan dokter spesialis kedokteran jiwa Rumah Sakit Metropolitan Medical Center Jakarta Selatan menyarankan kepada banyak pasangan untuk saling terbuka dan lebih jujur satu sama lain mengenai keputusan untuk memiliki anak atau tidak karena hal ini juga amat sangat berpengaruh bai keharmonisan rumah tangga. Apabila memang dirasa terdapat gangguan yang berkaitan dengan kesehatan mental, maka dianjurkan untuk segera meminta bantuan tenaga medis untuk tindakan mendalam.
Penulis: Lutfina
Editor: Air Srinan