OKTANA.ID, KEDIRI– Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI memilih Kota Kediri dalam gelaran Brantas Acarita yang mengangkat tema Wastra Brantas. Hal tersebut dilatarbelakangi letak Kota Kediri yang sangat terkait dengan keberadaan Sungai Brantas sekaligus sebagai tempat kegiatan budaya, dimana aktifitas kebudayaan sangat didukung dengan baik oleh Pemerintah Kota Kediri dan masyarakat.
Hal ini disampaikan Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah XI, Endah Budi Heryani saat membuka Brantas Acarita, Jumat (8/9) di Taman Sekartaji. Berkolaborasi dengan Pemerintah Kota Kediri, kegiatan Brantas Acarita akan diisi dengan serangkaian gelaran seni budaya yang dijadwalkan akan berlangsung hingga hari Minggu (10/9).
“Brantas Acarita di Kota Kediri mengambil tema Wastra Brantas dengan kegiatannya antara lain pameran warisan budaya, kegiatan bazar UMKM yang diikuti 20 stand, dialog budaya tenun ikat bandar dan wayang potehi. Ada pula sosialisasi cagar budaya melalui bioskop keliling, dolanan anak tradisional, ekspresi seni pelajar SMP/SMA, ketoprak tobong, kesenian jemblung, bedah buku, peragaan busana tenun ikat bandar serta kegiatan ekskavasi penyelamatan candi klotok di Kota Kediri,” jelasnya.
Lebih lanjut, Endah mengatakan berdasarkan undang- undang nomor 5 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan serta Permendikbudristek nomor 33 tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pelestarian Kebudayaan, maka BPK wilayah XI melaksanakan pelestarian kebudayaan dengan nilai penting Sungai Brantas pada masa lalu. Pelestarian kebudayaan tersebut diwujudkan dalam kegiatan Brantas Acarita.
“Brantas Acarita merupakan pelestarian kebudayaan yang memberikan ruang bagi maestro, pelaku budaya, budayawan, akademisi, komunitas maupun pemerintah untuk melakukan aktifitas kebudayaan khususnya di Kota Kediri,” terangnya.
Endah melanjutkan ada empat aspek yang dilakukan dalam pelindungan kebudayaan yakni pengamanan, pemeliharaan, penyelamatan dan publikasi. Pelestarian dan pemajuan kebudayaan ini tidak bisa dilakukan oleh salah satu pihak tapi semua harus bergotong royong bersama-sama untuk melaksanakannya.
“Kami menggandeng semua stake holder dalam pelaksanaan Brantas Acarita. Dari komunitas, anak sekolah, pegiat budaya, pelestari budaya, OPD dan UMKM. Melalui pelibatan banyak pihak, bergotong dan bekerjasama maka pelestarian cagar budaya dan pemajuan kebudayaan dapat terwujud,” imbuhnya.
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Zachrie Ahmad Kepala Disbudparpora Kota Kediri menyambut baik dan memberikan apresiasi atas terselenggaranya acara Brantas Acarita. Ia menambahkan, Kota kediri dialiri Sungai Brantas dan memiliki Jembatan Lama yang melintang di atas Sungai Brantas dan merupakan cagar budaya. Sehingga menurut Zachrie Brantas Acarita tepat diselenggarakan di Kota Kediri. “Terima kasih Kota Kediri telah ditunjuk sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka melestarikan kebudayaan. Melalui gelaran ini bisa mengajak masyarakat untuk lebih mengenal dan mencintai budaya yang ada di kota Kediri dan sekitarnya,” ujarnya.
Lebih lanjut, Zachrie menuturkan di Kota Kediri saat ini sedang disusun peraturan daerah tentang pelestarian cagar budaya. Perda akan lebih mengatur dan memberikan ruang untuk melestarikan cagar budaya yang ada di Kota Kediri. “Ini upaya Pemkot Kediri dalam rangka pelestarian cagar budaya. Untuk itu dalam kesempatan ini, saya juga mengajak semua yang hadir untuk menularkan apa saja yang diselenggarakan oleh BPK agar bisa menarik masyarakat luas untuk semakin tertarik dan bisa mencintai kebudayaan lokal khususnya yang ada di Kota Kediri,” ajaknya.
Untuk meramaikan kegiatan ini, Disbudparpora juga menggandeng pelaku UMKM di Kota Kediri. Selain melestarikan budaya, Zachrie berharap kegiatan Brantas Acarita juga menjadi ajang mengenalkan produk-produk UMKM di Kota Kediri sehingga diharapkan bisa menggerakkan perekonomian masyarakat. “Kami mengajak BPK menggandeng pelaku UMKM, karena selain kita melestarikan kebudayaan kita hadirkan UMKM sehingga muncul transaksi dan berdampak pada ekonomi masyarakat,” pungkasnya.
Pembukaan Brantas Acarita diisi dengan Dialog Budaya Tenun Ikat Bandar yang disampaikan narasumber dari Universitas Negeri Surabaya, pegiat budaya Kota kediri serta pengrajin tenun ikat Bandar Kidul.
Editor: Srinan