OKTANA.ID – Manusia seringkali memiliki suatu pemikiran dan melakukan berbagai tindakan yang tidak terduga. Seperti adanya tindakan transgender atau merubah jenis kelamin yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan, memiliki orientasi seksual yang berbeda (homo/lesbian), hingga beberapa waktu yang lalu publik kembali dibuat heran dengan munculnya fenomena transable. Bermula dari unggahan salah satu pengguna Twitter pada tanggal 13 Maret 2023 lalu yang menyebutkan bahwa transable adalah seseorang yang memiliki kondisi fisik normal namun ia merasa bahwa seharusnya terlahir dengan cacat. Lengkap dengan deskripsi “Hah kok ada ya orang kaya gini? Sender baru tau”, cuitan akun @tanyakanrl ini pun berhasil mendapatkan 1.100 suka dari para pengguna di Twitter. Lalu, bagaimana kondisi yang sebenarnya dari fenomena transable ini?
Dilansir dari Sportkeeda, Profesor Alexander Baril dari University of Ottawa, Kanada, mendefinisikan transable sebagai keinginan yang dimiliki seseorang untuk mengubah kondisi fisik yang dimilikinya yakni dari kondisi fisik yang normal dirubah menjadi kondisi fisik yang cacat. Hingga saat ini, fenomena ini juga masih menjadi bahan kajian oleh peneliti terkait untuk dapat diidentifikasi lebih dalam apakah transable tergolong sebuah gangguan mental ataukah gangguan kesehatan lainnya.
Sementara itu, dr. Dharmawan Ardi Purnama, Sp, Kj selaku spesialis kejiwaan turut berpendapat, bahwa transable sebenarnya dapat di golongkan sebagai gangguan body image. Hal ini didasarkan pada panduan diagnosis dan statistik gangguan mental atau Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM), yang mana di dalamnya terdapat keterangan bahwa dalam diagnosis gangguan mental juga dikenal dengan istilah gangguan body image atau citra diri. Apapun istilahnya, Dharmawan mengatakan bahwa orang yang melakukan transable adalah pribadi yang merasa tidak bahagia atas apapun yang ada pada dirinya. Untuk itu, mereka akan melakukan tindakan untuk mencari eksistensi di mata orang lain.
Psikolog sekaligus Dosen Fakultas Psikologi Universitas Aisiyiyah Yogyakarta, Ratna Yunita Setiani Subardjo juga mencoba memberikan penjelasan dari sisi Psikologi. Menurutnya, Transable juga dapat diindikasikan sebagai kondisi seseorang yang tidak puas dengan kondisi fisiknya secara utuh. Jelasnya, mereka akan merusak bagian tubuh yang tidak disenangi dengan melakukan berbagai upaya untuk membuat bagian tubuh tersebut menjadi seperti yang diinginkan atau menjadi lebih menarik. Kondisi seperti ini dirasa tidak baik dan termasuk sebagai gangguan psikologis karena pelaku memiliki perasaan yang tidak bisa menerima dengan baik seluruh kondisi yang ada pada tubuhnya sekalipun memiliki tubuh yang normal (tidak merasa cukup). Hal ini biasanya ditandai dengan sikap mengeluh, malu, bahkan terganggu dengan kondisi tubuh yang tidak mereka sukai. Sungguh mengherankan bukan?
Namun, tahukan kamu? kondisi seperti ini masih tetap dapat kita cegah dengan melakukan deep talk. Setidaknya, apabila kita mulai merasakan sesuatu yang berbeda seperti kondisi yang ada pada fenomena transable ini kita tetap dapat mengontrol pikiran, perasaan, dan tindakan untuk tidak sampai melakukan perubahan pada tubuh kita. Deep talk atau kegiatan berbicara secara mendalam dari hati ke hati menjadi sebuah solusi yang tepat bagi setiap orang yang memiliki kondisi psikologis yang kurang baik atau bahkan bagi mereka yang rentan mengalaminya. Bukan tanpa alasan, mengingat kita hidup di era persaingan yang ketat sehingga bagaimanapun juga menjaga kondisi mental sangat penting untuk tetap dapat menjalani hidup dengan baik. Hal ini lebih baik dilakukan secara langsung dengan para ahli Psikologi agar lebih maksimal. Akan tetapi, sebenarnya deep talk tidak hanya bisa dilakukan dengan para ahli saja melainkan juga dapat dilakukan dengan orang-orang terdekat atau orang kepercayaan kita sendiri.
Dengan deep talk, kita dapat saling mengutarakan seluruh perasaan dan kondisi yang dialami dengan harapan untuk mendapatkan solusi. Sebaliknya, apabila kita memiliki suatu masalah namun memilih untuk menyimpannya sendiri tanpa mencoba berkomunikasi dengan orang lain maka tidak menutup kemungkinan akan memperburuk kondisi mental kita sendiri bahkan jika hal ini sering dilakukan akan memperbesar peluang untuk terkena gangguan mental. Jadi, bagi kamu yang saat ini sedang berada dalam kondisi yang tidak baik sebaiknya jangan sungkan untuk mengutarakannya dengan orang terdekat bahkan Psikolog apabila diperlukan agar segera menemukan solusi dan terhindar dari gangguan mental.
Editor: Srinan