OKTANA.ID, JAKARTA – Bawaslu merilis ada 10 provinsi berpotensi punya kerawanan netralitas aparatur sipil negara (ASN) pada Pemilu 2024. Tak hanya itu, ada 20 kota/kabupaten yang juga mempunyai kerawanan netralitas ASN. Menurut Bawaslu daftar daerah yang rawan tersebut dirilis agar ada langkah pencegahan yang tepat.
Anggota Bawaslu RI Lolly Suhenty menyebut 10 provinsi itu ialah Maluku Utara (Malut), Sulawesi Utara (Sulut), Banten, Sulawesi Selatan (Sulsel), Nusa Tenggara Timur (NTT), Kalimantan Timur (Kaltim), Jawa Barat, Sumatera Barat (Sumbar), Gorontalo, dan Lampung.
“Inilah posisi provinsi yang kerawanannya tinggi, maka pada sepuluh provinsi ini pastikan upaya pencegahannya tepat,” kata Lolly saat membuka Peluncuran Pemetaan Kerawanan Pemilu dan Pemilihan Serentak 2024 Isu Strategis: Netralitas ASN di Manado seperti dikutip dari situs resmi Bawaslu.
Lolly berharap pemerintah daerah di sepuluh provinsi dengan potensi kerawanan tertinggi soal netralitas ASN melakukan pencegahan dengan ketat. Dia mengatakan salah satu pencegahan dapat dilakukan dengan komunikasi yang baik.
“Pencegahan ini dikencangkan tidak boleh berjarak di pemerintahan, baik yang ada di provinsi maupun kabupaten/kota. Alasannya, upaya pencegahan yang baik yaitu dengan membangunnya melalui komunikasi yang bertujuan mencegah melakukan pelanggaran,” ujarnya.
Selanjutnya, di tingkat kabupaten/kota tercatat 20 daerah yang memiliki kerawanan tinggi, yakni:
Kabupaten Siau Tagulandang Biaro
Kabupaten Wakatobi
Kota Ternate
Kabupaten Sumba Timur
Kota Parepare
Kabupaten Bandung
Kabupaten Jeneponto
Kabupaten Mamuju
Kabupaten Halmahera Selatan
Kabupaten Bulu Kumba
Kabupaten Maros
Kota Tomohon
Kabupaten Konawe Selatan
Kota Kotamobagu
Kabupaten Kediri
Kabupaten Konawe Utara
Kabupaten Poso
Kabupaten Kepulauan Sula
Kabupaten Tolitoli
Kabupaten Nias Selatan
“Dua puluh (20) kabupaten/kota potensi rawan tertinggi ini, siapkan program pencegahan terbaik, siapkan upaya mitigasi risiko terkuat supaya tidak terjadi di 2024,” ujarnya.
Lolly mengatakan pelanggaran netralitas ASN yang kerap terjadi antara lain mempromosikan calon tertentu, pernyataan dukungan secara terbuka di media sosial dan juga media lainnya. Dia juga menyebut ada ASN yang menggunakan fasilitas negara untuk mendukung petahana, teridentifikasi dukungan dalam bentuk grup WhatsApp, dan terlibat secara aktif maupun pasif dalam kampanye calon.
“Paling banyak terjadi dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah,” katanya.
Editor: Sari