OKTANA.ID, Kediri- Siapa sangka Kimyen, bakpao legendaris di Kediri ini telah eksis lebih dari 50 tahun. Masyarakat Kediri tentunya juga tak lagi asing dengan makanan tradisional Cina atau Tiongkok ini. Apalagi bagi pecinta kuliner, biasanya bakpao Kimyen dapat ditemui di Jalan HOS Cokroaminoto atau sekitar Pasar Pahing dan Jalan Dhoho, Kota Kediri.
Eksistensi bakpao Kimyen ini tak lepas dari tangan Heri Wahyu Surono, warga Kelurahan Burengan, Kecamatan Kota, Kota Kediri. Kegigihannya tersebut dapat mengantarkan bakpao Kimyen menjadi salah satu pilihan jajanan legenda di Kota Kediri.
Ia mewarisi tangan Aruman, ayahnya untuk melanjutkan bisnis bakpao Kimyen. Untuk dapat eksis sampai sekarang, Heri menuturkan bahwa kedatangan bakpao Kimyen di Kota Kediri sejak 1974. Ia menceritakan bahwa kiprah Aruman tersebut membawa gerobak dan cita rasa Kimyen ini dari warga juragan keturunan Tionghoa asal Surabaya pada awal 1970. Lalu, bisnis tersebut diwariskan kepada Aruman karena sang pemilik Kimyen tersebut akan berpindah bisnis otomotif. Sehingga, gerobak dan resep tersebut dibawa Aruman ke Kediri.
Tiga gerobak bakpao yang dimiliki pemilik asli itu pun dibagikan kepada ketiga karyawannya. Termasuk Aruman, sedangkan dua gerobak lainnya dibawa ke Mojokerto dan Surabaya oleh kawan Aruman. Namun, sampai saat hanya di Kediri yang paling eksis bakpao Kimyen.
Perlahan, Aruman pun dengan keuletannya melanjutkan bisnis tersebut. Hingga sampai saat ini, adonan dan pengolahannya dilanjutkan oleh Heri dan para karyawannya di Kelurahan Burengan.
“Ini di Kediri sudah lama, bapak kesini langsung dagang ini. Dulu bakpao Kim Yen tersebut milik warga Tionghoa yang tinggal di Surabaya. Sedangankan bapak sendiri merupakan salah satu karyawan di bagian pengolahan di perusahaan tersebut,” tutur Heri.
Ia bercerita bahwa ayahnya mendapatkan pesan dari sang pemilik asli untuk melanjutkan bisnis bakpao dengan menggunakan nama Kimyen. Lantas apa arti tersebut? Mendapatkan pertanyaan ini, Heri sedikit tersenyum. Ia malu-malu mengungkapkannya. Namun kini nama itu benar-benar menjadi doa.
Berdasarkan cerita ayahnya, Heri menerangkan Kimyen merupakan gabungan dua kata, yakni Kim dan Yen. Kim berarti tempat, wadah, atau sumber. Sedangkan, Yen berarti uang.
“Kim itu tempat atau panggon, yen itu kan duit to. Ya katanya bapak dulu biar jadi tempat kumpulnya uang,” ungkap anak ketiga dari lima bersaudara ini.
Sebagai pewaris resep legendaris, Heri sempat shock saat Aruman meninggal dunia pada 1999. Ia mengaku kebingungan ketika akan melanjutkan bisnis bakpao tersebut. Dikarenakan sisa takaran adonan yang persis dengan buatan Aruman tidak diketemukan. Sehingga, ia harus mencari sisa adonan untuk diteliti kadarnya.
“Lha pas cari istilahnya itu indukan atau adonannya itu gak ketemu-ketemu, akhirnya kita coba mulai awal,” imbuhnya.
Ada inovasi Kimyen masa kini. Yakni varian rasanya telah ditambah. Awalnya, hanya ada tiga rasa, yakni kacang tanah, ayam, dan kacang ijo. Sedangkan kini, ada rasa cokelat dan stroberi. Setiap harinya, ia kurang lebih bisa menjual sekitar 1500 bakpao. (Bae/Yu)