OKTANA.ID– Setiap orang pasti tidak pernah lepas dari permasalahan hidup, baik untuk masalah ringan, sedang ataupun masalah besar. Masalah bisa datang dari mana saja dan kapan saja, tanpa mengenal batasan usia baik muda hingga tua. Sebagai orang yang bijak, pasti akan lebih memilih untuk menyelesaikannya. Walaupun banyak rintangan yang harus dihadapi dan konsekuensi yang akan diterima.
Bukan malah menghilang entah kemana atau malah memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Permasalahan hidup juga tidak melulu harus melibatkan orang lain didalam masalah yang sedang dihadapi tersebut, bisa jadi juga karena adanya masalah pada diri sendiri.
Hal ini dapat disimpulkan, bahwa kadangkala orang yang kelihatannya baik-baik saja, selalu kelihatan ceria, ngelawak gak jelas sampai mendapat julukan badut atau stand up comedy pun justru malah mereka sedang mengalami masalah berat yang mana ia tidak ingin orang lain mengetahui permasalahan hidupnya atau mungkin tidak ingin membuatnya khawatir. Maka tak heran juga kalau sering kali kita mendapatkan sebuah berita mengenai orang bunuh diri dengan apapun itu caranya, karena ketika mereka tidak mampu untuk menghadapi masalahnya, mereka pikir dengan mengakhiri hidupnya juga akan menyelesaikan masalahnya juga. Padahal yang membuat masalah yang mereka hadapi tersebut terasa berat bukanlah soal masalahnya, tapi pemikiran-pemikiran buruk yang belum tentu terjadi itulah yang menjadi masalah tersebut terlihat seperti sulit untuk dilalui.
Nah, jika kamu berada dalam fase tersebut berarti menandakan bahwa kamu sedang mengalami mental breakdown. Yakni, merupakan kondisi stres berat yang biasanya menyerang psikis seseorang. Seorang yang sedang mental breakdown akan mengalami kecemasan, mudah merasa capek, bingung mau melakukan apa yang membuat seseorang kesulitan untuk menjalankan aktivitas dengan normal dan tenang seperti biasa. Lantas, apa sih ciri-ciri dari mental breakdown ini? Simak penjelasan berikut ya!
Ciri-ciri mental breakdown adalah :
- Tiba-tiba menyendiri atau mendadak jadi introvert.
Mereka yang mengalami mental breakdown, akan berusaha menghindari aktivitas yang melibatkan banyak orang atau keramaian. Mereka juga lebih suka melamun, memikirkan hal-hal buruk yang sebetulnya belum tentu kejadian. Mereka pun juga lebih sering murung yang dikarenakan pikiran dan hatinya sedang berdebat, untuk berusaha menemukan jalan keluar dari permasalahan yang ada.
- Tidur tidak nyenyak.
Kondisi stress yang tidak segera menemukan pengembali mood atau jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi, akan terus membuat kita jadi kepikiran yang dapat membuat jam tidur menjadi berantakan karena kebanyakan overthinking. Mereka menjadi sering begadang, untuk memikirkan hal-hal yang tidak penting. Mental breakdown ini biasanya lebih rentan, muncul secara tiba-tiba diluar dugaan dan juga menyerang dijam-jam malam. Karena dijam-jam inilah manusia sudah melakukan aktivitas berlebihan dan tidak berinteraksi dengan banyak orang.
- Sering tiba-tiba sakit.
Kondisi tubuh dimana apabila psikisnya yang diserang, akan sangat mudah rentan penyakit karena kandungan hormon didalam tubuh tidak dapat bertugas dengan baik. Sehingga hormon-hormon tersebut terus memberikan signal kepada fisik, bahwa terjadi ketidakseimbangan hormon dalam tubuh yang tidak sinkron. Capek fisik mungkin masih bisa diatasi dengan beristirahat yang cukup, seperti memanfaatkan waktu tidur siang atau mungkin tidur malam selama 8 jam normal pada umumnya. Akan tetapi, kalau capek psikis atau capek hati kadang kala tidur atau istirahat saja tidak cukup, mungkin bisa jadi dengan melakukan hal-hal yang kita sukai, jalan-jalan refreshing, pergi makan enak, atau mungkin berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Dengan demikian psikis akan memberikan signal positif kepada tubuh atau fisik. Perlu diketahui, bahwa tidak semua capek obatnya adalah tidur, bisa jadi travelling.
Cara bagaimana mengatasi mental breakdown adalah :
- Selalu bersyukur
Dengan terus berusaha untuk mensyukuri atas segala nikmat yang telah diberi oleh Tuhan pada diri sendiri hari ini, gak akan membuat kita merasa kurang. Dengan banyak-banyak bersyukur juga membuat kita merasa damai, tercukupi dan percaya akan keajaiban Tuhan bahwa kita pasti mampu untuk melewati rintangan apapun yang ada didepan.
- Melakukan terapi perilaku kognitif.
Mental breakdown juga dapat diatasi salah satunya yaitu dengan melakukan terapi perilaku kognitif atau Cognitive Behavioral Therapy (CBT) yang dapat direkomendasikan oleh ahli psikologi. Dimana terapi ini melibatkan identifikasi pola pikir yang bermasalah dengan cara mempelajari keterampilan-keterampilan mengenai tindakan penyelesaian atau mengatasi yang digunakan untuk mencegahnya apabila mental breakdown itu datang lagi. Terapi ini dapat mengatasi gangguan-gangguan psikis, seperti kecemasan, depresi, atau rasa panikan.
- Mengubah gaya hidup.
Mental breakdown bisa jadi disebabkan karena gaya hidup yang terlalu berlebihan, misal seperti selalu mengikuti gaya hidup atau standar hidup orang lain yang membuat kita tidak mampu percaya dengan diri sendiri. Gaya hidup ini dapat dirubah dengan seni mencintai diri sendiri untuk jadi yang terbaik versi diri sendiri dengan cara menjaga pola makan yang sehat, rutin berolahraga, berusaha berpikir yang positif dan tegas dengan keputusan yang akan diambil sesuai kata hati.
Mental breakdown mungkin bukanlah suatu penyakit yang dapat menyerang kondisi fisik secara langsung, tapi jika dibiarkan terus menerus mental breakdown dalam jangka waktu bersamaan akan menyerang kondisi psikis dan fisik seseorang secara bersamaan. Generasi muda sekarang adalah generasi-generasi yang sangat rawan akan terkenanya mental breakdown yang disebabkan adanya tuntutan zaman dan juga pola gaya hidup yang tidak seimbang antara pemasukan dan pengeluaran. Mental breakdown akan menjadi masalah serius, bila tidak segera disadari dan diatasi yang dapat berakibat fatal seperti depresi dan berakhir bunuh diri. Satu-satunya kunci yang dapat membuat diri untuk terhindar dari mental breakdown, tak lain adalah memasrahkan segalanya atas apa yang belum dan sedang terjadi.
Penulis: Erika
Editor: Srinan