Panggung dengan gelombang air menarik ribuan orang untuk mengantre. Mereka berdiri menunggu aba-aba dari Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana mengipasi tusukan lele yang siap disantap. Para bocah cilik terlihat tak sabar menyantap puluhan ribu tusuk sate lele yang telah disiapkan Pemerintah Kabupaten Kediri.
Terpercik bumbu kecap, jajaran alat pembakaran sate mulai berasap. Arang-arang membakar daging lele yang berbaris di atas pembakaran meniupkan aroma gurih dan manis. Terlebih, asap itu disapu angin sore Rabu (25/10/2023) di Lapangan Tulungrejo, Kecamatan Pare.
Warga pun berebut mengambil kotak kertas berisi tusukan sate lele untuk mengantre di pembakaran. Tak mau kalah dengan bocah-bocah, para orang tua pun berebut tempat.
“Yoh gentian, iki sek cukup panggone (Ayo gentian, ini masih cuku tempatnya,red),” ujar perempuan berkerudung cokelat.
Ia bersama anaknya berdiri menunggu mendapatkan kipas bambu di sisi utara lapangan. Tak lama menunggu, perempuan bernama Sri Rahayu ini mendapatkan kipas dan mulai membakar sate lele. Wajahnya semringah. Baluran kecap di daging tusuk ini membuat Sri Rahayu menikmati betul proses pembakaran.
“Rekor muri ini keren, kita makan sate lel gratis. Ini lho ngantre dari tadi,” ungkap perempuan 43 tahun asal Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare ini.
Sekitar 5 menit membakar sate lele, Sri Rahayu pun menepi untuk berteduh di pinggir lapangan. Dua kotak berisi 20 tusuk sate lele itu pun disantap bersama kedua anaknya.
Ternyata, acara siang itu memang pemecahan rekor Muri dengan membakar 25.323 tusuk sate lele. Acara yang dibuka Bupati Kediri yang akrab disapa Mas Dhito itu sangat antusias diikuti ribuan masyarakat. Kebersamaan untuk membakar sate lele itu menghangatkan suasana warga yang berkumpul di Lapangan Tulungrejo.
Tak cuma soal urusan rekor Muri, tapi Mas Dhito punya pandangan lain. Usai mengipas sate lele, Mas Dhito menuturkan bahwa acara ini untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya mengonsumsi ikan.
Kandungan protein ikan, kata Mas Dhito, dapat mencegah dan mengurangi angka stunting untuk anak di Kabupaten Kediri. Menurut survei Kementerian Kesehatan (Kemenkes), angka stunting di Kabupaten Kediri mencapai 13 persen. Akan tetapi, berdasar data timbang di seluruh Puskesmas se-Kabupaten Kediri, angka stunting hanya sekitar 9 persen.
“Tidak apa-apa perbedaan data ini, yang terpenting komitmen kita untuk mengurangi stunting sampai zero digit,” katanya.
Melihat antusiasme warga yang berkumpul di Lapangan Tulungrejo ini membuatnya punya harapan positif. Memasuki tahun ketiga menjabat sebagai Bupati Kediri, Mas Dhito berkomitmen memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat.
Khususnya untuk urusan kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur. Mas Dhito tak ingin tanah leluhurnya ini semakin maju tak hanya dalam hal infrastruktur. Akan tetapi kesehatan dan pendidikan untuk masyarakat harus terus tumbuh.