OKTANA.ID, SURABAYA- Maraknya keberadaan juru parkir liar yang membuat hasil Pendapatan Asli Daerah (PAD) parkir tidak sesuai dengan realita, membuat mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menciptakan aplikasi layanan parkir digital, yang disebut Parkour.
Ketua tim Oriental Don ITS, Rafif Shaquille Mafazy mengungkapkan, konsep inovatif ini muncul juga karena seringnya pengendara tidak membawa uang cash, dan tidak adanya uang pecahan kecil untuk membayar parkir.
“Sering lupa bawa uang cash atau tidak ada kembalian. Sehingga kadang-kadang tukang parkir menarif harga lebih tinggi. Dari situ kami berpikir untuk mengembangkan aplikasi layanan pembayaran parkir yang terdigitalisasi,” katanya.
Bersama dua rekannya, Nailah Naf’anil Ilmi dan Achmad Wisnu Firmansyah, Rafif mengembangkan aplikasi Parkour, bertujuan untuk membantu para pengendara yang sering kesulitan menemukan tempat parkir dan melakukan pembayaran parkir dengan mudah. Sebelum menggunakan aplikasi ini, pengguna diharuskan memasukkan identitas dan data kendaraan mereka agar proses distribusi data dapat lebih efisien.
Setelah itu, pengguna dapat mengakses salah satu fitur unggulan dari aplikasi Parkour, yaitu POUR-Pay, pembayaran parkir secara digital menggunakan QRIS. Rafif menegaskan bahwa fitur ini akan semakin mengembangkan pilihan opsi pembayaran yang lebih beragam. Seperti e-wallet, mobile banking, dan bahkan saldo POUR-Pay yang dapat diisi ulang dengan praktis di minimarket.
Beralih ke fitur berikutnya, Parkour juga memberikan panduan kepada pengguna untuk menemukan tempat parkir yang ideal sesuai dengan ketersediaan tempat parkir terdekat dari lokasi tujuan mereka. Fitur yang dikenal dengan nama POUR-Find ini menawarkan beberapa pilihan terbaik untuk pengguna dalam mencari tempat parkir yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Dalam pengaplikasiannya, Parkour juga dapat digunakan pada tempat parkir di dalam gedung dan luar gedung. Untuk tempat parkir di dalam gedung, pengendara dapat melakukan fitur booking atau non-booking dengan memilih tempat parkir yang masih tersedia. Kemudian, pengendara dapat mengakses alur keluar masuk gedung dengan melakukan pindai barcode pembayaran pada gerbang.
Tidak jauh berbeda, untuk pemilihan tempat parkir di luar gedung, pengguna akan memilih tempat parkir yang tersedia. Setelah selesai memarkirkan kendaraannya, pengguna dapat membayar biaya parkir dalam aplikasi yang sudah terdigitalisasi.
“Sistem akan menghitung informasi yang disesuaikan dengan durasi dan tempat parkir kendaraan” ucap mahasiswa Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) ITS.
Inovasi ini tak hanya berfokus pada pengalaman pengguna, Rafif juga menyoroti kerja sama yang erat antara aplikasi Parkour dengan berbagai pihak pemerintah, seperti Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Surabaya, Dinas Perhubungan (Dishub) Surabaya, dan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Surabaya. “Kolaborasi ini diharapkan dapat membantu mengawasi dan mendapatkan akses informasi kendaraan parkir,” ungkap Rafif.
Atas capaian Parkour yang gemilang tersebut, tim yang dibimbing langsung oleh Dosen PWK ITS Putu Gde Ariastita ST MT ini berhasil menyabet medali perak pada kategori Kota Cerdas Pagelaran Mahasiswa Nasional Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (Gemastik) XVI tahun 2023. “Ke depannya, inovasi yang digagas ini dapat terus berkembang dari segi fitur dalam memperluas area Parkour,” harap Rafif.
Editor: Beatrix