OKTANA.ID, SURABAYA- Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (Dinkes Jatim) menargetkan imunisasi pada masyarakat mencapai 95%. Hal tersebut disampaikan Kepala Seksi Surveillance Dinkes Jatim, Gito Hartono, saat hadir sebagai narasumber atau pembicara dalam podcast yang digelar oleh program kerja sama UNAIR dengan UNICEF yakni, Gerakan Peduli Ibu dan Anak Sehat Membangun Generasi Cemerlang Berbasis Keluarga (GELIAT Airlangga), Jumat (29/9/2023).
Kepala Seksi Surveillance Dinkes Jatim, Gito Hartono menjelaskan, Dinkes Jatim menargetkan imunisasi minimal 95% merata pada masyarakat. Dikatakannya, untuk kasus seperti difteri ada sejumlah 207 dilaporkan secara klinis.
“Untuk program imunisasi yang termasuk di dalamnya ada program BIAS itu kita usahakan memenuhi target minimal 95% karena kita telah menuju era eradikasi dan eliminiasi, “jelasnya.
Untuk gambaran kasus penyakit difteri di Jawa Timur pada tahun 2023 ini tepatnya Agustus lalu, ada sejumlah 207 secara klinis dan 19 diantaranya positif telah dikonfirmasi laboratorium.
“Artinya yang dilaporkan itu hampir 10% positif,” tambahnya.
Lebih lanjut, Gito, menerangkan, untuk kasus lain seperti campak sebenarnya Indonesia dikehendaki bebas dari campak dan congenital rubella syndrome. Namun nyatanya tahun 2022 lalu, biang penyakit campak ini belum selesai di Indonesia.
“Artinya kasus penyakitnya masih bermunculan di Indonesia, mulai dari Sumatera, Jawa Barat, dan Jawa Timur juga ikut, jadi kita juga terkena kasus campak. Kasus campak sementara masih banyak, yang diantara kasus campak tentunya ada juga kasus rubella. Nah, mungkin orang-orang menganggap remeh penyakit campak. Padahal sebenarnya, campak ini berbahaya karena bisa menyebabkan banyak komplikasi termasuk kebutaan,” terangnya.
Terkait program BIAS, Gito memaparkan, Dinkes Jatim saat ini menjalankan pemberian imunisasi pada anak sekolah dasar kelas 1,2,5, dan 6. Dikatakannya, pada kelas 1, anak-anak mendapatkan imunisasi Diptheria Tetanus (DT) dan FF yang saat ini dianjurkan diberikan secara bersamaan.
“Vaksin yang disuntikkan secara bersamaan adalah vaksin aman dan efektif tidak menambah presentase kemungkinan terjadinya dampak yang lebih buruk. Itu merupakan hasil penelitian dari berbagai negara yang sudah dipublikasikan oleh WHO. Imunisasi DT itu imunisasi untuk penyakit difteri dan tetanus yang diberikan pada kelas 1,” papar Gito
Selanjutnya, Gito menuturkan imunisasi untuk kelas 2, yaitu hanya diberikan imunisasi Tetanus Diphteria (Td). Beda imunisasi Td ini dengan imunisasi DT sebelumnya, yaitu vaksin difteri yang diberikan kepada anak berusia tujuh tahun ke atas.
“Kemudian untuk kelas 5 juga dikasih Td, namun khusus yang anak perempuan juga dikasih imunisasi HPV. Imunisasi HPV ini imunisasi yang sangat penting, karena mencegah kanker leher rahim dimana kanker kedua sebagai pembunuh yang menyebabkan kematian setelah kanker payudara,” tuturnya.
Gito juga mengungkapkan, secara umum program imunisasi Dinkes Jatim ini mengalami perubahan paradigma dari istilah Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) menjadi Imunisasi Rutin Lengkap (IRL) yang dimulai dari bayi, usia dua tahun, anak-anak tingkat SD/MI melalui program imunisasi BIAS, dan wanita subur, serta ibu hamil. Maka, imunisasi program BIAS ini sangat penting dilakukan secara menyeluruh, apalagi diketahui masih ada anak-anak yang tidak terdaftar disekolah.
“Untuk anak-anak yang tidak terdaftar di sekolah dan tidak sempat atau belum mengikuti BIAS, mereka akan di data dan swipping kembali agar segera ikut imunisasi. Biasanya kita susuli mereka dengan melakukan swipping, dan imunisasinya berlangsung di Puskesmas,”pungkasnya.
Editor: Beatrix