OKTANA.ID, JAKARTA– Masalah klasik antara klub dengan Timnas Indonesia menjadi sorotan Akmal Marhali, Koordinator Save Our Soccer (SOS). Problem ini kerap terjadi ketika ada panggilan dari Timnas Indonesia kepada pemain yang juga mempunyai kontrak dengan klub profesional.
Apalagi, event Asian Games bukan agenda FIFA. Tapi, harusnya semua memahami bahwa kepentingan negara di atas segalanya. Apalagi, kompetisi diciptakan sebagai kawah candradimuka untuk pembentukan timnas yang berkualitas untuk menghadirkan prestasi.
Akmal Marhali menilai tarik ulur pemain menjadi masalah klasik dalam sistem pembinaan dan juga pembentukan timnas yang sampai detik ini belum ada solusinya. “Dan, anehnya semua ini terjadi karena tabrakan benturan kepentingan antara kompetisi dan kepentingan timnas,” ujarnya.
Sama dengan jadwal Sea Games dan Piala AFF, kata Akmal Marhali, jadwal turnamen yang diikuti timnas sudah teragenda dan terjadwal jauh-jauh hari. Mestinya ada solusi agar setiap event timnas yang diikuti kita bisa menurunkan skuad terbaik. Karena turnamen diciptakan untuk bersaing merebut prestasi atas nama bangsa, bukan sebatas uji coba.
Oleh karena itu, Akmal Marhali mendorong adanya kesepakatan atau Monorandum of Understanding (MoU) bersama bahwa klub wajib melepas pemainnya ketika dibutuhkan untuk berjuang bersama timnas.
“Termasuk tentunya, kedepan, harus ada sinkronisasi antara jadwal kompetisi dan agenda timnas. Jangan sampai setiap kali akan mengikuti event kita terus bermasalah dengan tarik ulur pemain,” imbuhnya.
Ia mencontohkan Asian Games memang bukan agenda FIFA, tapi tim-tim yang dihadapi punya kualitas yang levelnya lebih tinggi. Ada negara mapan seperti Jepang, Korea Selatan, Arab Saudi, Iran, dan Uzbekistan.
“Di sini kita bisa mengukur sejauh mana level kita berhadapan dengan tim elite tersebut,” terang Akmal Marhali.
Menurutnya, PSSI harus tegas dan memberikan sanksi kepada klub yang tidak mau melepas pemainnya ke timnas. Ini agar road map kompetisi sebagai medium peningkatan kualitas timnas menjadi terukur. Sekali lagi, timnas yang kuat bermula dari kompetisi yang sehat.
Ia melihat bahwa tidak dilepasnya Ramadan Sananta dan cederanya Beckham Putra membuat kekuatan timnas menjadi pincang. Praktis hanya ada 20 pemain yang siap tampil di Asian Games. Itupun dengan persiapan seadanya bahkan tanpa ada aklimatisasi yang cukup. Nah, bagaimana mau berprestasi tinggi bila pemain yang diinginkan pelatih tidak dilepas klubnya. Bila seperti ini terus akhirnya timnas hanya sekadar batu loncatan untuk menaikkan nilai jual pemain. Bukan untuk prestasi yang membanggakan negara.
“Ingat, bintang Korea Selatan saja, Son Heung-min, sangat antusias saat dipanggil membela negaranya di Asian Games 2018. Karena memang cita-cita tertinggi pesepakbola adalah membela timnas apapun event yang diikuti,” bebernya.
Sekali lagi, lanjut Akmal, PSSI harus membuat formula khusus bagaimana teknis pemanggilan dan perekrutan pemain untuk tampil dalam sebuah event yang harus dipatuhi bersama. Klub yang tidak melepas pemainnya harus diberikan sanksi. Ini semua demi lambang Garuda di dada. Demi Merah Putih agar berkibar tinggi di kancah internasional.
Editor: Setyo