OKTANA.ID, SURABAYA– Kawasan Gunung Arjuno mengalami kebakaran hutan dan lahan. Saat ini, kebakaran ini meluas ke Kota Batu dan Kabupaten Mojokerto. Hingga saat ini, total area yang terbakar mencapai 3.910 hektar atau meningkat lebih dari tiga kali lipat dibandingkan dengan sebelumnya yang hanya 1.200 hektar.
Lokasi kebakaran di kawasan kawasan Gunung Arjuno itu masuk wilayah Taman Hutan Rakyat (Tahura) R Soerjo. Kebakaran itu telah terjadi sejak 26 Agustus 2023. Awalnya kebakaran hanya terjadi di Kabupaten Malang, kemudian meluas ke Kabupaten Pasuruan dan saat ini telah merembet ke Kota Batu serta Kabupaten Mojokerto.
”Meluasnya kebakaran ini terjadi karena angin yang bertiup sangat kencang sehingga api cepat menjalar ke mana-mana,” ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim Gatot Soebroto, Selasa (5/9/2023).
Dia menambahkan, BPBD Jatim telah menggelar Rapat Koordinasi Percepatan Penanganan Bencana Karhutla di Posko Kaliandra, Kabupaten Pasuruan, Selasa. Rakor dihadiri Tenaga Ahli Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Kolonel Infanteri Heri Setyono, Kepala Dinas Kehutanan Jatim Djumadi, Dandim 0819 Pasuruan Letkol Arhanud Nur Iskak, dan Kapolres Pasuruan Ajun Komisaris Besar Bayu Pratama Gubunaki.
Rakor juga melibatkan BPBD dari empat daerah, yakni Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, Kota Batu dan Kabupaten Mojokerto, serta instansi terkait lainnya, seperti, TNI, Polri, BMKG Juanda, Perum Perhutani, dan Masyarakat Peduli Api (MPA).
Sejumlah titik kebakaran hutan dan lahan Gunung Arjuno terlihat dari Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Selasa (5/9/2023).
Gatot mengatakan, titik api di kawasan Gunung Arjuno terus bertambah. Berdasarkan data pada aplikasi Sipongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, awalnya hanya terdapat 7 titik api. Kemudian, jumlah titik api itu bertambah menjadi 50 titik dan pada Senin (4/9/2023) malam melonjak menjadi 156 titik.
Menyikapi perkembangan situasi tersebut, BPBD Jatim telah meminta saran dan masukan dari berbagai pihak guna melakukan percepatan penanganan karhutla di Gunung Arjuno. BPBD Jatim juga mengusulkan kepada BNPB agar menambah jumlah bantuan helikopter untuk kegiatan pengeboman air (water bombing).
Kepala Dinas Kehutanan Jatim Djumadi menyatakan, upaya percepatan penanganan karhutla di wilayah Tahura R Soerjo sangat penting. Sebab, tahura tersebut berada di dekat tiga gunung, yakni Gunung Arjuno, Gunung Welirang, dan Gunung Anjasmoro.
”Luasan wilayah Tahura R. Soerjo mencapai 27.868 hektar. Tahura ini masuk di enam daerah, yakni Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, Kota Batu, Kabupaten Kediri, Kabupaten Jombang, dan Kabupaten Mojokerto,” kata Djumadi.
Dinas Kehutanan Jatim bersama sejumlah sukarelawan juga telah melibatkan berbagai kelompok masyarakat untuk melakukan pemadaman melalui darat. Bahkan, sampai dengan saat ini, ada lebih dari 339 orang yang berada di atas Gunung Arjuno untuk melakukan pemadaman. Mereka berasal dari posko pemantauan Tretes, Lawang, dan Mojokerto.
Api yang masih menyala terlihat di kawasan hutan dan lahan Gunung Arjuno di Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Selasa (5/9/2023).
Tenaga Ahli BNPB Kolonel Infanteri Heri Setyono mengatakan, selain pemadaman melalui udara dengan helikopter, upaya pemadaman karhutla yang dilakukan melalui darat juga sangat penting. Alasannya, pemadaman dari udara mempunyai banyak keterbatasan, misalnya terkait waktu terbang dan tempat pengambilan sumber air.
Terkait dengan kondisi karhutla di Gunung Arjuno yang semakin meluas, BNPB berencana menambah armada helikopter untuk water bombing dalam dua hari ke depan. Namun, saat ini masih diindentifikasi potensi armada helikopter yang bisa didatangkan ke Jatim. Sebab, semua helikopter yang ada masih terfokus pada penanganan di Kalimantan dan Sumatera.
”Kurang lebih 31 unit helikopter telah dikerahkan di wilayah Kalimantan dan Sumatera dalam penanganan karhutla. Karena itu, kita akan komunikasikan lagi dengan pihak Antares (perusahaan penyedia helikopter} dalam upaya penambahan unit helikopter di sini,” kata Heri.
Meluasnya kebakaran ini terjadi karena angin yang bertiup sangat kencang sehingga api cepat menjalar ke mana-mana. Heri juga meminta kepada tim water bombing di Jatim untuk mengatur kembali strateginya dalam pemadaman api. Salah satu yang harus dilakukan adalah memantau arah angin. Selain itu, pengeboman melalui udara harus menggunakan busa deterjen untuk memadamkan bara api.
”Pergerakan angin itu sangat berpengaruh terhadap penyebaran api dan penambahan titik api. Untuk itu, informasi cuaca dari BMKG sangat dibutuhkan untuk menentukan strategi pemadaman,” kata Heri.
Editor: Setyo