OKTANA.ID, SURABAYA- Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya kembali menggelar Surabaya Cross Culture International Folk Art Festival (SCCIFAF) 2023 atau Parade Deville ke-16 pada Minggu (16/7/2023) pagi. Event internasional yang diikuti oleh 8 negara dan 9 daerah di Indonesia ini merupakan salah satu wujud diplomasi seni dan budaya yang dilakukan Pemerintah Kota Suranaya.
Event ini dibuka langsung oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan Wakil Wali Kota Surabaya Armuji serta sejumlah tamu kehormatan, yaitu Wali Kota Kochi Anil Kumar dan juga Konjen Jepang Takeyama Kenichi.
Para peserta itu diberangkatkan dari Jalan Tunjungan Surabaya ke halaman Balai Kota Surabaya. Setelah memberangkatkan para peserta, Wali Kota Eri bersama tamu kehormatan lainnya ikut jalan kaki dari Jalan Tunjungan hingga ke depan Hotel Tunjungan. Di depan hotel bersejarah itu, satu persatu peserta menunjukkan aksinya dalam menari dan menunjukkan kebudayaan mereka.
Selanjutnya, mereka naik becak hias menuju ke halaman Balai Kota Surabaya. Tiba di Balai Kota Surabaya, mereka disambut dengan Festival Remo dan Yosakoi. Suasana semakin meriah ketika semua peserta Festival Remo dan Yosakoi menunjukkan tari Yosakoi secara bersama-sama.
Ada 8 negara dan 9 daerah di Indonesia ini dibuka langsung oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan Wakil Wali Kota Surabaya Armuji serta sejumlah tamu kehormatan, yaitu Wali Kota Kochi Anil Kumar dan juga Konjen Jepang Takeyama Kenichi.
8 negara itu adalah Yunani, India, Korea Selatan, Mexico, Filipina, Sri Lanka, Uzbekistan dan Prancis. Sedangkan 9 daerah di Indonesia itu adalah Pangkal Pinang (Bangka Belitung), Mengwi (Bali), Kendari (Sulawesi Tenggara), Flores (NTT), DKI Jakarta, Banjarmasin (Kalimantan Barat), Bone (Sulawesi Selatan), Polewali Mandar (Sulawesi Barat), Kota Surabaya dan Mojokerto (Jawa Timur).
Pada kesempatan itu, Wali Kota Eri bersyukur karena Surabaya Cross Culture International Folk Art Festival 2023 berlangsung dengan meriah dan sangat luar biasa.
Menurut Wali Kota Eri, sebuah negara bisa disatukan dengan budaya, karena kekuatan budaya itu bisa menanggalkan kekuatan antar negara dan antar kota. Makanya, semangat cross culture inilah yang terus dia terapkan di Kota Surabaya dalam menjalankan roda kepemimpinannya.
“Di Surabaya tidak ada yang lebih kuat antara satu dinas dengan dinas lainnya, tidak ada wali kota yang lebih hebat dari dinasnya,” tegasnya.
Sementara itu salah satu peserta yakni Leader of Nurafshon Group dari Uzbekistan, Mamlakat Ulasheva mengaku senang ikut event budaya ini.
“Kenapa ikut Surabaya Cross Culture, karena organisasi yang baik, bagus di Surabaya. Festival ini cocok dengan organisasi kami. Terima kasih semua organisasi, Pemkot Surabaya. Harapannya, selanjutnya kami bisa mengikuti Cross Culture,” kata Leader of Nurafshon Group dari Uzbekistan, Mamlakat Ulasheva.
Korean Team Leader, Kang Shin Koo juga berterima kasih kepada Pemkot Surabaya karena telah mengundang Korea sebagai delegasi. Mereka ingin berpartisipasi di setiap Cross Culture.
“Saya merasa nyaman di Surabaya, karena sangat ramah lingkungan dan dekat dengan alam. Dari Korea ingin partisipasi di Cross Culture. Kami melakukan berbagai usaha agar bisa ikut. Senang akhirnya bisa bertemu pemkot, delegasi Indonesia dan negara lain. Saya berharap tahun depan bisa ikut lagi,” jelasnya.
Begitu pula yang diungkapkan Oston Gadi Kapo, Koordinator Komunitas Rumah Kreasi Teater Mata Flores Ende NTT. Ini merupakan kali pertama mereka mengikuti Cross Culture di Surabaya dan ingin diundang kembali di tahun berikutnya.
“Saya terima kasih kepada Pemkot Surabaya karena sudah mengajak kami ikut Cross Culture. Selaku orang yang berasal dari Indonesia Timur, kami ingin berbagi cerita budaya dan semua yang ada di diri kami. Kami ingin orang datang ke Flores. Kami tidak bisa menunggu, kami juga menunjukkan keunikan dan kebaikan ke daerah lain supaya banyak yang datang ke Flores, tidak hanya warga Indonesia tapi juga luar negeri. Saya berharap di tahun berikutnya, kami jangan ditinggalkan, berikanlah kami kesempatan lagi,” pungkasnya.
Beberapa tampilan Folk Art yang disajikan negara sahabat diantaranya, Tari Andijan Polka asal Uzbekistan. Tarian yang sudah populer sejak 1920an itu sangat kental dengan nuansa klasik musik Uzbekistan.
Selain itu juga ada tarian Salip-Chieftain asal Filipina yang mengombinasikan dari dua tarian bernama Salip dan Chieftain. Dua tarian ini berasal dari Suku Kalinga di Cordillera, Filipina.
Serta ada banyak lagi tarian tradisional mancanegara maupun perwakilan beberapa daerah di nusantara yang ditampikan dalam gelaran Surabaya Cross Culture.
Editor: Beatrix