OKTANA.ID, KEDIRI– Tiupan angina membuat Hanindhito Himawan Pramana, Bupati Kediri tak beranjak kemana pun. Tepat di bawah potret Presiden Soekarno, pria dengan kaus hitam itu memandangi sekitar rumah Ruslan. Pepohonan rimbun di belakang rumah tersebut mengarahkan pandangan mata Dhito, sapaannya. Ke kanan ke kiri, Dhito pun sesekali mengernyitkan kedua matanya.
Tatapannya seperti mata Garuda yang menyorot tajam. Setiap detil lukisan di rumah Ruslan ini membuat Dhito kagum. Warna dan lekuk dari bayangan lukisan itu persis seperti foto yang hidup.
“Saya kepingin Pak Ruslan ini bisa pameran tunggal. Ini artistik sekali lukisannya,” ucap Dhito sambil menunjuk salah satu lukisan.
Memang tema lukisan di Kampung Lukis Ruslan ini didominasi dengan tema alam dan kehidupan pedesaan. Keasrian Desa Dawung seolah tergambar dalam lukisan. Hidangan jajanan desa menambah kekuatan sihir tangan Ruslan.
Bupati muda ini ingin Ruslan terus mewariskan keahliannya kepada generasi muda di Kediri. Menurutnya, seni lukis merupakan hasil karya abadi. Tidak terbatas waktu, begitulah pandangan Dhito terhadap karya lukis.
“Lukisan itu timeless, jadi ini karya Pak Ruslan memang sangat mahal. Ke depan kami akan fasilitasi untuk pameran,” tuturnya.
Seperti air sungai yang segar, ungkapan Dhito membuat Ruslan dan pegiat seni lukis di Dawung ini semringah. Hanya ada satu kata yang terceletuk dari salah satu lisan pelukis. Semangat. Begitulah sihir Ruslan
Impian Ruslan sangat besar untuk membuat Kampung Lukis. Ia berniat mendedikasikan penuh jiwa raganya untuk seni Lukis. Sehingga di usianya yang tak lagi muda, Ruslan ingin mempunyai warisan generasi pelukis asli Kediri yang dapat bersaing ke kancah internasional. Apalagi dengan kekhasan lukisan realis suasana desa, Ruslan merasa tenang. Sawah, sungai, petani, cikar, sapi, gunung dan pepohonan selalu masuk dalam komposisi papan kanvas 120×200 cm.
Tak tanggung-tanggung, selama berkiprah selama 33 tahun mendalami dunia seni lukis, Ruslan pernah mendapatkan pesanan melukis dari beberapa tokoh di Indonesia.
Seperti Kepala Densus 88 Irjen Pol Martinus Hukom, mantan Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta, dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Sedangkan, salah satu tokoh politik yang pernah memesan karya Ruslan ialah Akbar Faizal, anggota DPR RI periode 2014-2019. Bahkan, ia juga pernah mendapatkan pesanan dari Malaysia. Karya realis dengan tema khas masyarakat desa, wajar membuat nama Ruslan melambung di kancah nasional. Harga lukisannya pun paling murah dibandrol sekitar Rp 27 juta hingga Rp 50 juta. Di balik seluruh pencapaian tersebut, Ruslan dengan sadar memutuskan pendidikan hingga jenjang sekolah menengah pertama (SMP) pada 1985. Setelah itu, Ruslan mengadu nasib menjadi seorang kuli bangunan.
“Saya pernah empat tahun nguli batu, bangunan. Itu berat,” katanya.
Ruslan tak berputus asa begitu saja. Bapak 4 anak itu bertekad merantau ke Surabaya pada tahun 1990. Untuk apa? Ternyata, Ruslan ingin menjadi seorang murid dari Soechieb, seorang pelukis profesional asal Surabaya.
“Saya ingin melanjutkan bakat yang sudah saya rasakan sejak SD,” tutur pria berjenggot ini.
Editor: Srinan