OKTANA.ID– Sebagai negara penyumbang sampah paling banyak dari rumah tangga yang menghasilkan jutaan ton sampah, tentunya penerapan zero waste atau bebas sampah sangatlah perlu dilakukan di Indonesia. Tak hanya berupa sampah-sampah bekas plastik pembungkus makanan, namun yang menjadi prihatin belakangan ini juga sampah-sampah makanan yang terbuang.
Sampah makanan ini sering kali dipandang sebagai necessary evil atau sampah yang tidak bisa diolah kembali. Akan tetapi, dengan melakukan berbagai macam riset dan juga inovasi melalui zero waste, yang bertujuan supaya sampah tersebut tidak berakhir di TPA begitu saja.
Zero waste sendiri adalah sebuah tatanan gaya hidup yang dilakukan dengan perlahan, namun pastinya dilakukan secara pasti dan konsisten. Berbicara soal metode zero waste yang diterapkan pada makanan, membuat salah satu sebuah komunitas peduli lingkungan yang ada di Surabaya dengan nama Komunitas Garda Pangan ini, tentunya dinilai membawa banyak sekali perubahan dalam mengurangi sampah makanan di Indonesia.
Komunitas Garda Pangan sendiri mengusung sebuah konsep, yakni berupa food rescue yang merupakan sebuah upaya penyelamatan makanan, yang dihasilkan oleh sebuah industry makanan dari adanya potensi terbuang. Dimana makanan yang berpotensi terbuang tersebut, dikumpulkan atau didonasikan pada komunitas tersebut dan nantinya akan diperiksa kembali kualitasnya, lalu dikemas ulang dan akan dibagikan kepada masyarakat pra-sejahtera yang ada di Surabaya. Nah, agar tidak makin penasaran bagaimana Komunitas Garda Pangan menjalankan aksi dengan mengurangi sampah makanan tersebut, simak penjelasannya di bawah ini!
- Berkenalan Lebih Dekat Dengan Komunitas Garda Pangan
Garda Pangan merupakan sebuah komunitas yang didirikan oleh seorang founder, yang memiliki bisnis katering untuk acara pernikahan bernama Dedhy Trunoyudho. Sering kali ia menemukan sebuah persoalan, mengenai pembuangan makanan yang tidak habis dikonsumsi. Walaupun jika dilihat dari sudut pandang bisnis, bukanlah sebuah hal yang terlalu dipermasalahkan, namun dari istri Dedhy sendiri justru menjadi sebuah hal yang miris dan mengganggu saat disaksikan. Melalui kegelisahan tersebut, akhirnya mereka mencoba mengatasi masalah tersebut dengan mendonasikan makanan sisa namun masih layak dikonsumsi tersebut, yang dibantu oleh Eva Bachtiar, seseorang yang juga memiliki pemikiran sama untuk menyelesaikan isu pembuangan makanan tersebut. Dari situlah, mereka menciptakan sebuah gerakan food bank dalam sebuah komunitas yang diberi nama Garda Pangan. Mereka bekerja sama dengan industri-industri makanan, untuk mengumpulkan sisa-sisa makanan, seperti di toko atau pabrik roti, camilan, kue, restoran, café, universitas, wedding organizer dan masih banyak lagi, melalui food rescue. Food rescue sendiri merupakan sebuah program yang dilakukan setiap harinya, yaitu mengambil makanan yang tidak terjual dari mitra, untuk diberikan kepada masyarakat yang lebih membutuhkan.
Tidak perlu khawatir soal kualitas dari food rescue tersebut, karena Garda Pangan telah menerapkan Standard Operating Procedure (SOP) yang ketat pada makanan tersebut untuk dipastikan akan ditangani secara higienis dan disalurkan secara bermartabat. Tak banyak yang tahu, bahwa adasekitar 20 hingga 40% makanan yang terbuang setiap harinya sebelum sampai ke toko atau swalayan, lantaran ada beberapa standar tertentu yang mereka terapkan, terlebih dari segi penampilan produk atau buah-buahan itu sendiri. Sehingga, tak banyak para petani atau produsen dengan terpaksa membuang hasil panenan, lantaran tampilan buah atau produknya kurang terlihat menarik. Padahal, kondisi dari buah tersebut masih dinyatakan segar, bernutrisi dan juga ikmat sama halnya dengan buah lainnya. Karena kegelisahan dan melalui gleaning itulah, Garda Pangan berupaya untuk mengumpulkan sisa panenan yang sebetulnya masih sangat layak untuk dikonsumsi, namun sengaja ditinggalkan atau dibuang oleh petani dan coba bayangkan di sisi lain, masih ada jutaan orang di Indonesia yang masih kelaparan. Tak hanya itu saja, melalui food rescue ini juga diharapkan mampu mengurangi sampah makanan yang sengaja terbuang dengan sia-sia.
- Visi & Misi Dari Komunitas Garda Pangan
Komunitas Garda Pangan ini tentunya memiliki visi dan misi yang diantaranya adalah sebagai berikut:
- Visinya adalah mewujudkan Indonesia yang bebas lapar, melalui pendistribusian makanan yang berlebih. Selain itu, juga untuk mewujudkan pengelolaan makanan yang memiliki potensi terbuang, secara sia-sia untuk berbagai tujuan sosial, ekonomi dan lingkungan sesuai dengan standar food recovery hierarcy.
- Sedangkan untuk misinya, meliputi :
- Menyelamatkan makanan yang berpotensi terbuang.
- Meningkatkan kesadaran masyarakat dan memberikan edukasi mengenai kerugian yang ditimbulkan dari pembuangan makanan yang sia-sia.
- Mendonasi makanan kepada kalangan masyarakat pra-sejahtera yang ada di Surabaya.
- Mengajak Pemkot untuk menciptakan sistem dan iklim yang kondusif, dalam ikut aktif mengurangi sampah makanan dalam mewujudkan kota yang ramah lingkungan dan peduli sosial.
- Mendorong industri dan bisnis, khusunya dibiang makanan sebagai donator yang juga peduli akan makanan terbuang.
- Target Donatur dan Penerima
Adapun target donator dari Garda Pangan ini, meliputipara pelaku industri makanan, distributor makanan, industri hospitality (hotel, restoran, bakery, café), catering, pertanian, festival kuliner dan universitas atau sekolah. Sementara untuk target penerimanya, yaitu masyaraka pra-sejahtera, shelter anak jalanan, panti asuhan, rumah singgah pasien, panti jompo dan warga difabel.
Dengan melalui aksi yang dilakukan oleh Komunitas GardaPangan ini, tentunya mereka tidak hanya turun langsung dalam upaya-upaya penyelamatan makanan, namun juga menyadarkan masyarakat dalam mengurangi sampah makanan, melalui kampanye-kampanye kreatif yang dilakukan lewat CFD maupun media sosial. Meskipun begitu, Garda Pangan juga tetap melakukan survey kepada masyarakat dengan sebanyak 321 responden, yang berada di kota Surabaya yang hasilnya berdasarkan fakta, bahwa masih ada banyak masyarakat yang belum paham mengenai tindakan apa saja yang dapat dilakukan, dalam sehari-hari untuk mengurangi sampah makanan.
Editor: Srinan