OKTANA.ID, PASURUAN– Memasuki musim kemarau membuat semua pihak harus waspada. Apalagi, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) fenomena alam El Nino berpotensi dapat memicu kebakaran hutan. Kondisi ini membuat Gubernur Jawa Timur (Jatim), Khofifah Indar Parawansa, meminta semua pihak mewaspadai potensi kebakaran.
Khususnya untuk para kepala daerah di Jatim melakukan antisipasi dan mewaspadai potensi bencana kebakaran hutan ini. Khofifah menyebut ada beberapa kota yang menjadi perhatian di Jatim. Hal ini disampaikan dalam Apel Siaga Gabungan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Tingkat Provinsi Jawa Timur di Lapangan Kaliandra Resort, Kecamatan Prigen, Kabupatem Pasuruan pada Rabu (7/6/2023).
Khofifah menyatakan berdasarkan pemataan ada beberapa daerah di Jawa Timur yang berpotensi rawan kebakaran hutan. Pertama ialah Situbondo yang menjadi daerah terbanyak memiliki titik rawan sebanyak 33 titik. Lalu disusul Kabupaten Madiun sebanyak 17 titik dan Kabupaten Jombang sebanyak 15 titik rawan. Selain itu, titik rawan ada pula Kabupaten Pasuruan, Kediri, Pamekasan, hingga Bojonegoro.
“Tiap kebakaran hutan dan lahan, berdampak pada kehidupan keragaman hayati. Kalau sampai ada yang punah, kerugiannya tidak setara secara finansial dengan apapun,” ujar Khofifah.
Untuk antisipasi bencana kebakaran hutan tersebut, Gubernur Khofifah meminta agar kepala daerah melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan berbagai sektor.
Pemprov Jatim juga mengeluarkan surat keputusan gubernur tentang pembentukan satuan tugas pengendali provinsi penanganan karhutla pada 28 Februari 2023 lalu.
Dimana tiap-tiap daerah yang rawan akan dibentuk Satgas penanganan Karhutla, Brigade pengendalian Karhutla, pembinaan masyarakat peduli api, hingga menyiapkan peralatan pendukung untuk memadamkan api.
“Apel siaga gabungan ini dilakukan supaya tiap elemen menyiapkan langkah antisipastif, mitigastif dan konsolidatif. Mulai dari polisi hutan, pengelola taman nasional, tahura, BNPB, hingga BPBD, BNPB harus dibangun kewaspadaan potensi kebakaran hutan dan lahan,” ungkapnya.
Khofifah menyebut bila kejadian kebakaran hutan di wilayah Jawa Timur menunjukkan potemsi penurunan selama 4 tahun terakhir. Dalam data laporan Dinas Kehutanan Jatim, tahun 2019 kebakaran hutan mencapai seluas 7.550,09 hektar atau 0,55 % dari total hutan di Jatim.
Luasan ini terus menurun, di tahun 2020 hanya seluas 940,14 hektar atau 0,07 %, lalu tahun 2021 berkurang hanya 466,95 hektar atau 0,034 % persen. Dan terakhir di tahun 2022, kebakaran hutan yang tercatat tinggal seluas 390,50 hektar atau 0,028 % dari total luas hutan.
“Penurunan kebakaran hutan ini harus terus berlanjut. Untuk itu perlu komitmen bersama-sama masyaralat untuk ikut menjaga pengendalian karhutla di area terdekat yang bisa dijangkau,” pungkasnya.
Editor: Srinan