OKTANA.ID- Setiap tahunnya di bulan kesembilan dalam kalender Islam, ribuan umat Muslim selalu bergembira dalam menyambut datangnya Ramadan. Ramadan sendiri bagi umat Muslim merupakan bulan yang mendatangkan banyak berkah dengan dilipat gandakannya pahala bagi setiap amalan. Bagi umat Muslim, Ramadan juga bukan sekadar bulan diwajibkannya berpuasa. Bulan yang suci ini juga telah mengakar ke dalam setiap tradisi dan sejarah umat Muslim di seluruh dunia.
Kegembiraan menyambut bulan Ramadan akhirnya membuat para Muslim di seluruh dunia menyemarakkan datangnya bulan Ramadan dengan khas kebudayaan mereka masing-masing. Hal itu pun akhirnya menjadi sebuah tradisi “wajib” yang selalu dilakukan dari generasi ke generasi. Berikut ini beberapa kegiatan umat Muslim di beberapa negara dalam menyambut datangnya bulan Ramadan!
Turki
Mungkin jika kita berada di Indonesia khususnya di daerah pedesaan, pada saat sahur kita sering mendengar suara tabuhan drum yang dibuat dari galon untuk membangunkan para umat Muslim untuk segera melakukan sahur. Biasanya kegiatan tersebut dilakukan oleh pemuda setempat. Ternyata kebiasaan ini juga dilakukan oleh masyarakat Muslim Turki. Masyarakat Muslim Turki biasa membangunkan umat Muslim lain dengan membunyikan tabuhan drum. Mungkin banyak dari kalian akan merasa terganggu dengan tradisi ini jika tidak terbiasa. Ternyata kegiatan ini bukanlah kegiatan yang baru dilakukan. Semenjak periode pemerintahan Ottoman, orang-orang Muslim yang berpuasa akan dibangunkan dengan suara dentuman drum di awal pagi untuk melakukan sahur. Di Turki, lebih dari dua ribu penabuh drum akan berjalan-jalan di seluruh Turki selama bulan Ramadan untuk membangunkan sahur. Mereka melakukan ini juga sebagai rangka dalam mempersatukan masyarakat setempat.
Para penabuh drum tersebut akan berkeliling Turki dengan memakai baju tradisional Ottoman, sambil membawa davuls (dua kepala drum khas Turki). Mereka akan berkeliling ke lingkungan sambil bernyanyi dan menabuh drum, dan membangunkan orang untuk meminta sedikit tip (bahsis). Pemerintah Turki baru saja meluncurkan kartu keanggotaan bagi para penabuh drum untuk menumbuhkan kebanggan bagi mereka yang melakukan kegiatan ini, sekaligus untuk memberikan motivasi kepada para generasi muda agar melanjutkan tradisi Ramadan ini di dunia modern.
Maroko
Di Maroko, hampir sama seperti Indonesia dan Turki. Penabuh drum di Maroko dijuluki sebagai Nafar. Nafar Maroko memiliki tugas dalam membangunkan umat Muslim untuk menjalani sahur. Penduduk kota di Maroko biasa memiliki anggota komunitas yang paling bersemangat dan dapat dipercaya agar dapat melayani sebagai seorang Nafar. Para Nafar biasanya akan berkeliling di sekitar lingkungan sambil mengumandangkan doa yang merdu dengan menggunakan gandora tradisional, topi dan sepasang sandal sederhana.
Ternyata tradisi di Maroko ini telah menyebar dari Timur Tengah ke Maroko sejak abad ke-7 setelah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW mengumandangkan doa-doa di jalan saat fajar. Suara doa yang menyebar ke seluruh kota ini lalu memberikan suasana yang tenang dan penuh rasa syukur. Sehingga tradisi ini pun akhirnya tetap dilakukan sampai sekarang.
Indonesia
Sebagaimana yang kita ketahui jika banyak sekali beberapa tradisi umat Muslim di Indonesia saat akan menyambut bulan Ramadan. Karena Indonesia merupakan negara kepulauan, berarti setiap daerah akan memiliki tradisi khasnya masing-masing dalam menyemarakkan kedatangan bulan suci Ramadan. Salah satu kegiatan umat Muslim di Indonesia sebelum datangnya bulan Ramadan adalah Nyekar. Nyekar adalah kegiatan memberikan doa di pusara atau makam keluarga yang telah meninggal dunia. Bagi orang Indonesia, Ramadan adalah waktu bagi umat Muslim untuk introspeksi diri dan pembaharuan iman agar menjadi Muslim yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.
Kegiatan Nyekar ini biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa dengan memberikan penghormatan kepada keluarga yang telah meninggal dunia dengan mengunjungi makam, memberikan bunga diatas makam tersebut sembari berdoa. Di beberapa tempat di Jawa juga biasa mengunjungi makam para raja terdahulu dan juga makam para pemuka agama.
Arab Saudi
Di Arab saudi terdapat festival terkenal bernama Haq al Laila. Haq al Laila adalah tradisi Ramadan terkenal di Arab Saudi. Haq al Laila biasa dilakukan pada tanggal 15 Sya’ban (satu bulan sebelum bulan Ramadan menurut kalender Islam). Tradisi ini hampir mirip seperti tradisi Barat pada saat Halloween, yaitu trick-or-treat.
Di festival Haq al Laila, para anak-anak akan mengenakan pakaian berwarna terang lalu mendatangi ke setiap lingkungan mereka untuk mengoleksi permen dan kacang. Permen dan kacang tersebut lalu dikumpulkan kedalam tote bag yang dikenal sebagai Kharyta. Anak-anak tersebut mengumpulkan manisan dan kacang sambil menyanyikan lagu tradisional Arab. Lagu yang biasa didendangkan para anak-anak adalah lagu “Aatona Allah Yutikom, Bait Makkah Yudikum” yang jika diartikan “Berikan kepada kami, maka nanti Allah akan membalas Anda dan membantu Anda mengunjungi rumah Allah di Mekah” lagu ini akan berkumandang bersamaan dengan para anak-anak yang sedang mengumpulkan manisan.
Tradisi Ramadan ini dianggap sebagai bagian dari identitas nasional Uni Emirat Arab. Perayaan ini memberikan perasaan kembali ke masa lalu dimana menekankan pentingnya hubungan sosial yang kuat dan nilai-nilai kekeluargaan dalam masyarakat modern yang saat ini sering digambarkan sebagai individualistis dan terpisah dari sosial.
Mesir
Setiap tahunnya, warga Mesir merayakan datangnya bulan Ramadan dengan Fanous. Fanous adalah lampu berwarna terang yang mengisyaratkan kebersamaan dan kegembiraan di bulan yang suci itu. Setiap jalan, rumah dan lingkungan perumahan di Mesri akan menyalakan lentera logam dan kaca berwarna sebagai bagian dari tradisi menyambut bulan Ramadan. Walaupun tradisi Ramadan ini lebih kultural ketimbang tradisi religi, namun tradisi ini telah lekat dengan bulan Ramadan. Fanous sendiri adalah salah satu dari tradisi Ramadan paling berwarna dan indah di dunia.
Di Timur Tengah, lentera yang dikenal sebagai “Fanous” dalam bahasa Arab telah menjadi simbol dari Ramadan. Dan Kairo memiliki tempat khusus di hati orang Mesir karena dianggap sebagai tempat kelahiran Fanous. Menurut berbagai catatan, Fanous pertama kali dikaitkan dengan Ramadan pada abad ke-10 ketika kekhalifahan Fatimiyah menguasai wilayah luas daerah Muslim di Mesir.
Kuwait
Ketika berbicara tentang tradisi Ramadan di Kuwait, akan terdengar sangat mirip dengan tradisi Haq al Laila di Arab Saudi. Perbedaannya adalah jika tradisi Haq al Laila dilakukan sebelum bulan Ramadan dan diperuntukkan untuk menyambut bulan Ramadan namun pada perayaan Qar Qian’an, tradisi di Kuwait dilakukan di bulan suci Ramadan. Perayaan ini akan berlangsung selama tiga hari berturut-turut.
Di Kuwait, anak-anak akan mengenakan pakaian tradisional dan menyanyikan lagu-lagu tradisional. Lagu-lagu tersebut juga dideferensiasikan dengan lagu untuk anak laki-laki dan lagu untuk anak perempuan. Anak-anak disana juga biasa memberikan improvisasi lagu dengan mengubah kata-kata di lagu tersebut sesuai dengan kepada siapa mereka akan membawakan lagunya. Selama tradisi ini, anak-anak yang telah berpuasa akan dihadiahi berupa suguhan.
Itulah tadi 6 tradisi khas menyambut datangnya bulan suci Ramadan di beberapa negara di dunia. Beberapa mungkin terdengar asing di telinga kita, namun terdapat beberapa tradisi yang nampak familiar dengan yang biasa dilakukan masyarakat Muslim di Indonesia. Mendekati bulan Ramadan, tradisi Ramadan apa yang ada di daerahmu?
Penulis: Chantika
Editor: Srinan