OKTANA.ID– Sebagai negeri yang terkenal subur akan kondisi tanahnya, membuat Indonesia menjadi salah satu diantara 2 negara di dunia yang memiliki adanya Edelweis Rawa. Bunga tersebut berada di Ranca Upas, yang merupakan sebuah bumi perkemahan yang berada didalam kawasan konservasi dan hutan lindung yang berada dibawah pengawasan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) atau Perhutani. Ranca Upas sendiri berada di Jalan Raya Ciwidey, Ciwidey, Kabupaten Bandung yang berjarak sekitar 50 KM dari pusat Kota Bandung sendiri. Ranca Upas memiliki luas area kurang lebih sekitar 215 Hektar, yang berada diketinggian 1700 mdpl yang memiliki suhu udara antara 17 °C hingga 20 °C. Di dalam kawasan Ranca Upas memiliki beraneka ragam dengan flora dan fauna yang dilindungi dalam undang-undang. Di antaranya terdapat flora seperti Pohon Huru, Jamuju, Kihujan, Kitambang, Kurai, dan Edelweis Rawa. Sedangkan untuk fauna terdapat beraneka ragam jenis burung dan beberapa satwa jinak seperti adanya penangkaran rusa.
Sejarah Singkat dan Mitos Ranca Upas
Ranca Upas sendiri dulunya merupakan sebuah hutan belantara dengan rawa yang ditumbuhi oleh bunga Edelweis salah satu tempat yang menjadi pelatihan Kopassus. Dan setelah hutan tersebut dikelola agar aman dari adanya hewan buas, Ranca Upas kemudian dijadikan sebuah hutan lindung oleh pihak Perhutani. Bahkan kini kawasan Ranca Upas juga dijadikan sebagai tempat perkemabahan, namun dengan tetap melindungi dan menjaga kawasan Edelweis Rawanya. Kata Ranca Upas sendiri diambil dari bahasa Sunda yang artinya yaitu “Ranca” yang berarti “Sebuah Rawa”, dan “Upas” adalah seorang petugas dari Perhutani yang melegenda dikawasan Gunung Patuha. Maksud dari seorang petugas dari Perhutani tersebut adalah dahulunya ada seorang pria dari Kebangsaan Belanda yang memiliki badan sangat kekar, yang mana ia dinyatakan meninggal pada saat melakukan tugas lapangan, yaitu menjelajahi rawa dikawasan hutan tersebut. Namun, hingga sekarang mayatnya tidak pernah ditemukan. Sehingga, masyarakat setempat mempercayai bahwa arwah Upas tersebut masih ada di alam dunia ini. Hal tersebut didukung dengan pengakuan dari masyarakat setempat, yang mengaku banyak yang bertemu dengan Upas tersebut pada saat mencari kayu bakar di hutan. Namun, pengakuan tersebut tentunya bisa jadi hanya sebuah mitos. Karena ada yang menyebutkan bahwa kata Upas sendiri merupakan jenis pohon yang beracun dari keluarga moraceae yang dinamakan Upas.
Rusaknya Keindahan Ranca Upas Dalam Sekejap
Selain mitos horror yang ada dibalik sejarah Ranca Upas, namun siapa sangka keindahan dibalik salah satu hutan konservasi yang beada di Ciwidey, Jawa Barat ini mampu menghipnotis setiap orang yang mengunjunginya. Hal ini dikarenakan adanya pengelolaan kawasan yang dilakukan oleh pihak Perhutani dengan menjadikannya sebuah kawasan perkemahan sekaligus tempat penangkaran rusa. Tak hanya itu saja, keberadaan Elewaiss Rawa yang berada didalam kawasan Ranca Upas ini mampu menjadi daya tarik dan keunikan sendiri karena mampu menjadikan Indonesia merupakan salah satunya negara yang memiliki Edelweis Rawa, yang hanya dimiliki oleh 2 negara di dunia dan kini keberadaannya sudah hampir punah.
Namun siapa sangka, pada tanggal 5 Maret 2023 kemarin kebun Edelweis Rawa yang berada di Ranca Upas tersebut hancur dalam sekejap mata saja. Hal ini diakibatkan adanya rombongan komunitas trail yang melintasi kawasan tersebut dalam sebuah event trail. Rusaknya kawasan Ranca Upas tersebut menjadi viral, karena sebuah video yang diunggah oleh warga setempat yang mengeluhkan dampak dari rusaknya kebun Edelweis Rawa tersebut akibat dilintasi oleh komunitas dievent trail yang tidak bertanggungjawab. Banyak sekali yang menyayangkan mengapa Perhutani memberikan izin kepada penyelanggara event trail tersebut dengan melintasi kawasan hutan lindung ini, sehingga akan memerlukan waktu yang sangat lama untuk rehabilitasi kawasan Ranca Upas ini.
Disamping itu, untuk menanggapi kejadian mengenai rusaknya kawasan Ranca Upas yang disebabkan oleh gerombolan komunitas motor trail tersebut, akhirnya salah satu anggota komunitas trail yang terlibat dalam event tersebut buka suara. Peserta tersebut mengaku dan menceritakan mengenai chaos (kekacauan) yang disebabkan oleh event yang diadakan di Ranca Upas tersebut, bahwa peserta yang melintasi kawasan yang menjadi jalur event trail yang disediakan oleh panitia acara tersebut, terpaksa menginjak sembarang tempat, salah satunya kebun yang ditanami oleh Edelwais tersebut dikarenakan sudah kelelahan dan kehabisan logistic.
Hal itu dikarenakan panitia acara yang tidak menyediakan logistic untuk peserta, padahal seluruh peserta sudah membayar sebesar Rp. 200.000 untuk biaya event tersebut. Sehingga, untuk menghemat tenaga karena adanya kemacetan dijalur trek yang dilintasi oleh komunitas trail, membuat banyak yang lewat jalur kebun warga dan jalur mana saja agar dapat segera kembali lagi ke start. Tak hanya itu saja, bahwa para warga juga sempat memblokir jalan akibat dari kekacauan yang dtimbulkan oleh event trail tersebut yang membuat peserta kesulitan untuk mengambil jalan keluar. Bahkan tak hanya sampai disitu saja, kechaosan (kekacauan) juga berlanjut ditempat yang menjadi garis start dan finish acara, yaitu terjadinya pembakaran 3 motor trail yang diduga merupakan hadiah utama dari event tersebut akibat kemarahan dari seluruh peserta kepada panitia acara yang tidak bertanggungjawab atas dampak yang ditimbulkan.
Menanggapi kasus terkait rusaknya kebun edelweis warga yang berada di Ranca Upas tersebut, pihak Perhutani membuka suara dan meminta maaf atas kejadian tersebut, yang mana langsung melakukan rehabilitasi kawasan yang rusak dengan melakukan penanaman kembali pada hari ini (Rabu, 8/3). Video yang viral mengenai rusaknya kawasan Ranca Upas tersebut, juga bagian dari amarah warga setempat ke pihak Perhutani karena pemberian izin mengenai jalur lintasan event komunitas trail yang arogan tersebut.
Penulis: Erika
Editor: Srinan