OKTANA.ID – Menjalankan sebuah bisnis sudah barang tentu memiliki banyak tantangan. Salah satunya bagaimnana menciptakan strategi bisnis agar dikenal oleh masyarakat sebagai konsumen.
Sebagai pebisnis, salah satu cobaan berat adalah ketika Indonesia tak luput dari wabah pandemi Covid-19. Tidak sedikit usaha yang gulung tikar, namun tak dapat dipungkiri juga masih banyak sektor bisnis yang mampu bertahan.
Bisnis ritel merupakan salah satu bisnis yang mampu bertahan di masa pandemi karena mau tidak mau masyarakat harus berbelanja, guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
Tantangan baru yang dihadapi kala itu adalah menentukan strategi agar tetap dicari oleh konsumen tanpa harus mereka datang ke toko ritel. Selanjutnya bagaimana dengan era post-pandemi seperti sekarang ini?
Sebagaimana kita ketahui bersama, jika industri ritel saat ini merupakan perkawinan antara jenis industri ritel lama dan baru. Selama masa pandemi lalu, para konsumen melonjak beralih kepada online store, termasuk generasi baby boomer yang biasanya lebih memilih berbelanja langsung ke toko. Generasi baby boomer sendiri, merupakan mereka yang lahir antara tahun 1946-1964.
Menurut data dari MIVA jika sekarang ini, sebanyak 92 persen baby boomer yang memilih untuk berbelanja online. Mereka berbelanja baik produk kesehatan, elektronik hingga alat perkebunan. Terdapat juga data dari Kompas pada tahun 2021, menyatakan jika baby boomer menjadi kelompok dengan jumlah transaksi dan jumlah belanja produk secara daring terbanyak, yaitu rata-rata 19 produk dengan 13 jumlah transaksi per tahun. Data ini disusul dengan generasi X, yang menjadi kelompok kedua terbanyak dalam transaksi berbelanja online. Hal inilah yang mengisyaratkan jika pandemi membuat terjadinya perubahan trend dalam berbelanja dan memberikan dorongan integrasi antar generasi dalam berbelanja online.
Melihat dari data tersebut, para pelaku bisnis harus memberikan beberapa service guna memudahkan pengalaman berbelanja konsumennya. Pada akhirnya pebisnis ritel akan berpikir pula bagaimana meningkatkan omzet memanfaatkan momen pasca pandemi Covid-19.
Berikut beberapa rekomendasi strategi dalam menghadapi perubahan kebiasaan berbelanja konsumen akibat pasca pandemi.
Memberikan Kupon
Baik di luar negeri, maupun di Indonesia, penggunaan kupon memang sudah lama dilakukan. Perbedaannya sekarang ialah mayoritas kupon juga didigitalisasikan. Menurut eMarketer, jika penggunaan kupon digital di Amerika mencapai 67 persen, dan 90 persen mengakses kupon tersebut lewat smartphone mereka.
Penggunaan kupon mulai meningkat saat perubahan situasi ekonomi yang tidak menentu, yang membuat brand loyalty semakin tidak dianggap penting semenjak harga yang semakin naik. Terutama bagi para milenial yang lebih menjatuhkan pilihan pada brand yang memberikan penawaran terbaik. Diskon juga dapat menjadi jalan bagi mereka untuk mengetahui adanya brand baru, dan menarik minat mereka untuk membeli produk tersebut.
Program Loyalty
Walaupun program loyalty bagi para konsumen setia suatu brand bukanlah hal yang baru terjadi, namun masih banyak dari para konsumen yang menjadikan nilai suatu brand sebagai faktor penentu pengambilan keputusan dalam berbelanja. Data dari Forbes menyebutkan, 78 persen konsumen mengatakan jika program loyalty yang bagus mempengaruhi pembelian konsumen atau membuat para konsumen ingin terus berinteraksi dengan perusahaan atau brand tersebut. Program Loyalty menjadi semakin penting.
Loyalty dari para konsumen sendiri sangatlah penting bagi bisnis, karena mendorong pembelian berulang dari konsumen. Program Loyalty sendiri juga dapat membantu usaha atau bisnis dalam mengurangi biaya pemasaran yang menargetkan konsumen baru, dan hanya perlu berfokus pada basis konsumen yang sudah mereka miliki.
Penemuan Produk
Lonjakan belanja online yang disebabkan oleh pandemi juga mengubah cara konsumen dalam menemukan produk yang ingin mereka beli. Menurut laporan dari Jungle Scout, sebanyak 61 persen konsumen mulai mencari produk yang ingin mereka beli melalui e-commerce (Amazon) daripada mencarinya di search engine.
Terdapat beberapa cara dalam menjangkau konsumen dalam pemilihan produk baru. Beberapa karena perbedaan generasi. HubSpot melaporkan jika: 39 persen konsumen Generasi X mencari di Internet dalam melihat produk baru.
Pencarian online juga penting bagi milenial dalam pencarian suatu produk baru. Pelaku bisnis dapat mempertimbangkan pemanfaatan iklan berbayar dan menerapkan strategi SEO dalam menjangkau konsumen milenial dan Gen X. Sedangkan untuk product discovery atau penemuan produk, social media baik iklan maupun melalui konten berbayar masih menjadi pilihan terbaik. Gen Z, yang merupakan kelahiran tahun 1996-2012 lebih memilih menemukan produk baru melalui social media. Tapi mereka lebih tertarik dengan penyampaian informasi perihal produk baru melalui video pendek.
Itulah tadi beberapa strategi bisnis yang dapat diaplikasikan pada bisnis kalian. Sekali lagi, dalam menentukan strategi bisnis, para pelaku bisnis harus menentukan siapakah target pasar yang diinginkan agar strategi bisnis tersebut dapat tepat sasaran.
Editor: Beatrix