OKTANA.ID, Surabaya- Peradaban nusantara tak dapat dipungkiri memiliki berbagai kebudayaan. Hampir seluruh kebudayaan di nusantara telah terjadi akulturasi, sehingga wajar banyak peradaban dari luar yang masuk ke Jawa Timur. Termasuk, situs kebudayaan seperti klenteng yang ada di Jawa Timur. Berikut enam klenteng tua ada di Jawa Timur.
Klenteng Kim Hin Kiong, Kabupaten Gresik
Pesisir utara Pulau Jawa memang menjadi pintu masuk peradaban dan kebudayaan. Seperti di Gresik yang menjadi salah pintu masuk kebudayaan masyarakat Tiongkok dan membangun tempat peribadatan Klenteng di Jl Dr. Setia Budi, Kabupaten Gresik.
Berada di dekat Alun-alun Kabupaten Gresik, Klenteng Kim Hin Kiong termasuk klenteng tertua di Jawa Timur. Bahkan, Dinas Pariwisata, Ekonomi, Kreatif, Kebudayaan, dan Pemuda Olahraga (Disparekrafbudpora) Kabupaten Gresik menilai klenteng ini sudah ada pada zaman Kerajaan Majapahit.
Kota yang memiliki pelabuhan ini, sehingga Gresik merupakan jalur rempah nusantara pada masa lalu. Konon, Klenteng Kim Hin Kiong dibangun oleh para imigran dari Tiongkok. Dan diperkirakan Klenteng Kim Hin Kiong Gresik sudah berusia 3,5 abad.
Klenteng Tjoe Tik Kiong, Kota Pasuruan
Seperti halnya Kabupaten Gresik, Pasuruan juga merupakan daerah pesisir utara di Jawa Timur. Kota Pasuruan juga tak luput dari peradaban Tionghoa yang membangun Klenteng Tjoe Tik Kiong pada abad ke-17.
Dari namanya,Klenteng Tjoe Tik Kiong mempunyai arti istana yang mengamalkan dan menyebarkan rasa kasih sayang dan perbuatan kebajikan. Maka, para orang Tionghoa berharap klenteng tersebut dapat menjadi perekat persaudaraan di kalangan orang Tionghoa di Pasuruan.
Bangunan klenteng yang menghadap ke selatan ini tergolong besar berhalaman luas. Gapura khas dengan dominan warna kuning dan merah akan menyambut siapapun sebelum masuk ke dalam. Di belakang gapura terdapat panggung kecil berwarna merah untuk pementasan wayang Potehi.
Klenteng Kwan Sing Bio, Kabupaten Tuban
Masih di pesisir utara Jawa Timur, Tuban pun tak lepas dari peradaban Tionghoa. Buktinya, ada bangunan Klenteng Kwan Sing Bio ini berada di perbatasan antara Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Klenteng Kwan Sing Bio. Berdasar enkripsi dibangun pada tahun 1871. Namun, mulai dipersembahkan untuk Dewa Kwan Kong mulai tahun 1773. Bangunan klenteng Kwan Sing Bio, dibagi menjadi 3 ruangan. Pertama, ruang utama untuk membakar hio. Kedua, merupakan ruangan untuk sembahyang. Terakhir, ruang ketiga ada arca Dewa Kwan Kong.
Klenteng Hok An Kiong, Kota Surabaya
Sebagai pusat kota bisnis nusantara, Kota Surabaya mempunyai sejarah Panjang perjalanan negeri ini. Mulai dari zaman kerajaan, Surabaya telah menjadi pelabuhan utama bagi pelancong. Termasuk, masyarakat Tionghoa yang akhirnya Klenteng Hok An Kiong di Jalan Coklat, Pabean, Surabaya. Tempat ibadah didirikan sekitar 1821 ini erat kaitannya dengan peran dewa Mak Co Po yang memberi perlindungan mereka berlayar dengan selamat dari Tiongkok ke Surabaya.
Lokasi klenteng awalnya adalah tempat istirahat sementara bagi para pekerja kapal dari Tiongkok ketika sandar di Surabaya. Para anggota Hok Kian Kong Tik Soe (perkumpulan saudagar dari Propinsi Hokkian, Tiongkok) kemudian berinisiatif membangun bangsal sekaligus tempat ibadah.
Keunikan klenteng ini adalah konstruksi bangunannya tanpa menggunakan paku logam, tapi menggunakan potongan bambu runcing untuk mengaitkan antar bagiannya. Salah satu keistimewaan Klenteng Hok An Kiong adalah memiliki 22 Altar Dewa.
Klenteng Eng An Kiong, Kota Malang
Klenteng Eng An Kiong berada di Jalan R.E Martadinata, Kota Malang. Tokoh pendirinya adalah Liutenant Kwee Sam Hway, keturunan ketujuh dari seorang jenderal di masa Dinasti Ming (1368-1644) di Tiongkok.
Klenteng dibangun dalam dua periode, bangunan pertama yakni ruangan tengah dikerjakan pada 1825. Lalu menyusul bangunan dibangun secara bertahap pada 1895 hingga 1934. Eng An Kiong bermakna istana keselamatan dalam keabadian Tuhan yang dipersembahkan kepada Dewa Bumi.
Klenteng Tjoe Hwie Kiong, Kota Kediri
Klenteng Tjoe Hwie Kiong berada di Jalan Sudarso Nomor 48, Pakelan, Kota Kediri. Diperkirakan berdiri pada 1817 atas peran perantau asal Tiongkok yang mampir ke Kota Kediri melalui jalur Sungai Brantas.
Perantau itu mendirikan tempat sederhana untuk berdoa serta meletakkan patung/arca Dewi Laut atau Thian Sang Sing Bo yang dibawanya. Lambat laun banyak para perantauan Tiongkok lainnya ikut berdoa di tempat itu sembari membawa dewa masing-masing.
Kini di Klenteng Tjoe Hwie Kiong ada banyak dewa-dewi mulai dari Dewi Kwan Im, Dewa Kwan Kong hingga para nabi agung. Altar Dewi Thian Sang Sing Bo berada di tengah bangunan utama. Patung menghadap ke arah Sungai Brantas. Sedangkan dewa-dewa lainnya di sisi lain klenteng.