OKTANA.ID– Layaknya bak berada disebuah tempat terindah yang ada di dunia, keindahan Desa Wae Rebo juga sudah biasa disebut-sebut sebagai surga dunia yang letaknya berada di atas awan, Provinsi Nusa Tenggara, Indonesia. Dengan keberadaannya yang berada di Satarmese Selatan, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Tentunya akan membuat setiap orang yang menginjakkan kaki di desa ini akan selalu dibuat terpana. Menyajikan panorama alam dengan keindahan berbentuk lanskap, keindahan Desa Wae Rebo ini dibalut dengan kondisi alam yang masih begitu alami dan terjaga keasriannya berupa perbukitan hijau. Pesona alam yang ditawarkan di Wae Rebo tidak akan didapatkan di desa-desa lainnya.
Karena memiliki ciri khasnya tersendiri pada bentuk rumah-rumah adat yang unik, serta dibalut dengan keramahan masyarakat sekitar, Desa Wae Rebo ini pastinya akan membuat para wisatawan yang berkunjung kesini akan dibuat susah move on dan ingin selalu kembali lagi kesini.
Dengan memiliki ciri khasnya yang unik, yaitu bentuk atap rumahnya yang berbentuk seperti corn es krim yang terbalik, tentunya membuat Desa Wae Rebo ini sangat cocok untuk dimasukkan kedalam bucketlist destinasi menawan yang wajib untuk dikunjungi. Untuk adat istiadat yang ada didalam Desa Wae Rebo ini juga terbilang masih sangat kental hingga sekarang, yang membuat desa ini berbeda dan memiliki definisi unik yang secara tersendiri. Namun, di balik pesona alam akan keindahan dan juga keunikan yang ditawarkan, masih banyak lagi sejuta keunikan lainnya mengenai Desa Wae Rebo ini yang tidak akan bosan jika terus diceritakan, kepada anak cucu kelak. Nah untuk mengetahui fakta menarik lainnya mengenai Desa Wae Rebo ini, simak penjelasan lebih detailnya berikut ini mengenai 5 fakta unik dibalik keindahan Desa Wae Rebo, sebagai berikut :
- Dinobatkan sebagai Desa Tertinggi di Indonesia
Dengan letaknya yang berada ditengah-tengah sebuah perbukitan yang berada di Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), yaitu tepat berada disebuah ketinggian 1.200 MDPL, tentunya membuat Wae Rebo ini dinobatkan sebagai sebuah desa tertinggi yang ada di Indonesia. Dengan keasrian dan keindahan alamnya yang masih benar-benar terjaga dan tidak terjamah hiruk pikuknya metropolitan yang ada, tentunya menjadi sebuah daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang ingin berkunjung kemari. Perjuangan yang harus ditempuh untuk menjamah Desa Wae Rebo ini juga terbilang tidak mudah, karena harus menempuh perjalanan kaki selama 2 hingga 3 jam, menyusuri hutan belantara dengan medan yang terbilang tidak mudah. Tentunya, perlu disiapkan tenaga fisik dan mental yang ekstra sebelum mengunjungi desa tertinggi di Indonesia ini ya!
- Terdapat 7 Rumah Adat Legenda
Di Desa Wae Rebo ini hanya terdapat adanya 7 rumah adat yang menjadi legenda, karena tidak seperti desa pada umumnya yang didiami oleh banyak sekali rumah, sehingga hal tersbeut menjadi ciri khas dari desa ini. Rumah adat tersebut, yaitu bernama Rumah Adat Mbaru Niang. Sama seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa untuk rumah adat di Desa Wae Rebo ini berbentuk seperti corn es krim yang dibalik atau berbentuk kerucut. Yang mana untuk bentuk dari rumah adat Mbaru Niang tersebut, memiliki 5 lantai dengan atap daun lontar yang ditutupi oleh ijuk, sehingga berbentuk seperti corn es krim. Di Rumah Adat Mbaru Niang inilah, terdapat satu rumah khusus yang disediakan untuk menjamu para wisatawan yang datang, tentunya tak lupa dengan suguhan Kopi Flores Lokal.
- Adanya Upacara Peringatan Hari Spesial
Pada setiap bulan November, di Desa Wae Rebo ini diadakan semacam upacara adat guna memperingati atau sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan ada alam semesta atas berkat dari hasil panen yang didapatkan oleh mereka dalam waktu setahun tersebut. Upacara adat tersebut biasa dikenal dengan nama Upacara Adat Penti setiap November. Tak hanya itu saja, Upacara Adat Penti tersebut juga merupakan permohonan agar masyarakat Wae rebo selalu diberi keharmonisan dan perlindungan oleh Tuhan. Tak lupa juga, dalam upacara adat tersebut tentunya juga dengan mengenakan baju adat khas Desa Wae Rebo setempat, yakni berupa adat berwarna hitam yang lengkap dengan aksesorinya. Tentunya, para wisatawan yang datang pada saat Upacara Adat Penti ini diselenggarakan, juga diperbolehkan untuk menyaksikan namun harus dengan bersikap yang sopan.
- Masyarakatnya Masih Berketurunan Minang
Meskipun banyak yang mengira bahwa masyarakat Wae Rebo ini adalah penduduk asli Flores, Nusa Tenggara Timur, namun ternyata masyarakat Wae Rebo ini justru keturunan Minang, Provinsi Sumatra Barat. Hal ini dikarenakan, nenek moyang mereka pada zaman dahulu kala, yakni Empo Maro, sebetulnya masyarakat Minangkabau atau keturunan Minang yang kemudian merantau secara berpndah-pindah hingga ke Nusa Tenggara Timur. Sampai pada akhirnya mereka menetap disuatu wilayah yang sekarang terkenal dengan nama Desa Wae Rebo tersebut. Meskipun begitu, untuk nama-nama masyarakat atau penduduknya sama sekali tidak seperti nama orang Suku Minang pada umumnya.
- Menjadi Warisan Budaya Dunia
Dengan segala pesona alam dan adat istiadatnya yang dibalut menjadi satu dalam Desa Wae Rebo ini, tentunya mampu menjadi sebuah keunikan tersendiri yang menjadi sebuah citra positif di mata dunia, baik dalam bentuk pariwisata maupun menjadi sebuah budaya. Sehingga, Desa Wae Rebo menjadi salah satu Konservasi Warisan Budaya karena adanya keberadaan Rumah Adat Mbaru Niang yang dianggap sangat langkah ini, sekaligus mendapat penghargaan dari mata dunia, yakni UNESCO sejak dari tahun 2012 lalu. Tak hanya itu saja, satu tahun berikutnya pada tahun 2013, Wae Rebo berhasil meraih penghargaan dari Aga Khan sebagai industri arsitektur.
Penulis: Erika
Editor: Srinan