OKTANA.ID– Lingkungan kerja yang nyaman, sehat akan mendukung karyawan untuk tumbuh dan berkembang. Hal ini menjadi lingkungan kerja dambaan banyak orang. Tak hanya untuk mencari uang, namun tempat kerja juga dapat dikatakan sebagai rumah kedua bagi sebagian orang.
Akan tetapi, kadang kala tidak semua lingkungan kerja seindah yang kita pikirkan. Pasti akan selalu ada pihak, entah itu dari atasan maupun rekan kerja yang membuat lingkungan kerja menjadi gak sehat atau toxic.
Lingkungan kerja toxic, tentunya gak hanya akan mengimbas ke fisik yang terasa menjadi capek, tetapi juga dengan tekanan mental yang akan mendukung seseorang segera resign. Lantas, bagaimana sih ciri-ciri lingkungan kerja toxic, serta bagaimana cara menghindarnya? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini ya!
5 Ciri-Ciri Lingkungan Kerja Toxic:
- Atasan yang Selalu Benar
Ciri-ciri utama lingkungan kerja toxic adalah atasan yang selalu banyak nuntut dan selalu merasa benar. Bahkan terkadang juga sampai melewati batasan, dengan mau untuk menghargai kerja keras dan kontribusi yang sudah diberikan oleh para karyawan, tetapi justru menganggapnya adalah sebuah dedikasi. Dengan adanya sikap atasan yang seperti ini,tentunya akan menjadi ciri utama lingkungan kerja toxic.
- Pembebanan Kerja di Luar Jobdesc
Pemberian beban kerja yang tidak sesuai jobdesc, namun masih mendapatkan fee tambahan atau yang masih saling berkaitan, mungkin masih terbilang berada di batas normal. Namun, jika atasan atau senior yang memberikan beban atau tambahan kerja di luar jobdesc, yang tidak sesuai dengan kapasitas kita untuk dapat menyelesaikannya, bisa jadi adalah ciri lingkungan kerja toxic. Karena, atasan tidak mau menambah biaya pengeluaran untuk merekrut karyawan, sehingga jobdescnya sering dibebankan ke karyawan lainnya. Jika tidak dibiarkan terus-terusan, tentunya akan membuat para karyawannya depresi.
- Jam Kerja Tidak Aturan
Standar jam kerja yang telah dikeluarkan pemerintah di dalam Perppu Cipta Kerja, telah ditetapkan per harinya adalah 8 jam. Jika melebihi 8 jam kerja tersebut, biasanya sudah masuk dalam hitungan lemburan dan akan mendapatkan uang lemburan. Namun, kadang kala masih ada juga atasan yang nakal dengan memberikan tambahan jam kerja, tanpa memberi uang lemburan dan lagi-lagi menganggapnya sebuah loyalitas untuk perusahaan. Terlebih lagi, jika aturan ini tidak tercatat didalam Standar Operasional Perusahaan (SOP), maka sudah dapat dikatakan bahwa pekerjaan tersebut bukan lagi memperkerjakan karyawannya, tetapi ngerjain para karyawannya. Sehingga, masuk kedalam ciri-ciri perusahaan yang toxic.
- Tidak Diberi Kesempatan Berkembang
Biasanya, ciri lain dari lingkungan kerja toxic yaitu tidak mau memberikan peluang atau kesempatan bagi karyawannya untuk berkembang. Peluang untuk berkembang tersebut bisa berupa kenaikan jabatan, kepercayaan akan sebuah project baru, serta adanya kenaikan gaji yang seimbang dengan yang dikontribusikan. Bila sudah lama bekerja disebuah company, namun posisinya hanya disitu-situ saja tanpa adanya kenaikan jabatan atau gaji, segera bergegaslah dari zona nyaman.
- Adanya Tukang Gosip
Ciri terakhir lingkungan kerja toxic ini, tak lain adanya kelompok atau geng gossip dalam sebuah perusahaan. Awal mula terbentuknya geng gosip ini, biasanya terjadi dari adanya sebuah gosip yang beredar dan salah satu karyawan bisa saja merasa terintimidasi atau dimanipulasi. Jika sudah mengalami adanya kejadian seperti demikian, maka sekelompok orang lainnya akan juga mudah terpengaruh adanya hal-hal buruk tersebut, meskipun belum tau mengenai fakta yang sebenarnya. Jadi, bila mendengar adanya suau gosip yang beredar di tempat kerja, sebaiknya pura-pura tidak tahu apa-apa atau bisa juga dengan tidak ikut komentar.
Adapun 4 cara untuk menghindar dari lingkungan kerja toxic:
- Cari Support System dengan Frekuensi Seimbang
Mulai rasakan dan rangkul lah mereka-mereka yang memiliki langkah dan tujuan yang seirama atau se frekuensi, untuk saling mendukung dan menjadi support system yang positif. Support System yang se frekuensi ini dapat dicari dimana saja, tidak harus dari orang dalam perusahaan. Namun, juga tidak menutup kemungkinan yang beda devisi atau orang luar perusahaan. Dengan mempunyai support system yang se frekuensi ini, tentunya akan membantu untuk meringankan segala beban yang ada dikepala, terlebih setelah seharian bekerja.
- Buat Batasan dengan Orang Perusahaan
Berteman dan berkomunikasi dengan siapapun yang ada didalam sebuah perusahaan, tentunya sangatlah dianjurkan, agar terjalin komunikasi yang baik antar sesama. Namun ada kalanya, untuk memilih dan memilah hal apapun yang berkaitan dengan kehidupan pribadi atau kehidupan kerja. Caranya yaitu dengan menanamkan prinsip work life balance dengan cara menjaga batasan. Karena, tidak semua orang yang ada ditempat kerja dapat dianggap sebagai sahabat maupun keluarga.
- Luangkan Waktu Sejenak untuk Me Time
Dengan mencoba untuk meluangkan waktu sejenak dengan me time ini, tentunya akan membantu untuk memberi ruang pada diri sendiri, dari segala aktivitas atau hal yang begitu menguras tenaga seharian selama bekerja, terlebih jika lingkungan kerjanya termasuk kedalam lingkungan kerja toxic. Dengan me time ini, tentunya dapat membantu untuk meningkatkan work life balance dalam bekerja. Carilah tempat-tempat yang nyaman dan jangan lupa nikmati secangkir minuman dan juga camilan favorite, untuk mengembalikan mood.
- Rencanakan dan Jangan Kasih Tahu Kapan Resignmu
Solusi terakhir untuk menghindar dari lingkungan kerja toxic adalah dengan diam-diam merencanakan kapan resign. Dengan resign, lalu kemudian mencari tempat kerja lain yang lingkungannya sehat dan tidak toxic, menjadi sebuah atlternatif solusi yang terakhir. Namun, alangkah baiknya jika hendak resign, jangan beritahu siapapun. Cukup diam-diam mengirim CV di tempat lain, lalu kemudian melakukan interview dan apabila diterima, langsung buat surat pengunduran diri dari tempat kerja yang lama.
Semoga membantu dan semangat terus!
Penulis: Erika
Editor: Srinan